Orang Tua Pertanyakan Penerimaan Siswa SMA Negeri 4 Diambil Alih Dinas Pendidikan Kota Jayapura

Orang tua siswa, Virinandus Airi, SIP.
banner 120x600

JAYAPURA, Papuaterkini.com – Banyaknya anak-anak yang tidak diterima di SMA Negeri 4 Entrop, Jayapura Selatan, Kota Jayapura, dalam penerimaan siswa baru tahun ajaran 2024 sangat disayangkan oleh orang tua murid.

Salah satu orang tua murid, Verinandus Airi, SIP mengaku prehatin terkait banyaknya anak yang dapat diterima masuk di SMA Negeri 4 Entrop tersebut.

Ia juga sangat menyayangkan bahwa penerimaan siswa-siswi SMA Negeri 4 itu diambil alih oleh Dinas Pendidikan Kota Jayapura.

“Kami selaku orang tua sangat menyesalkan. Karena pada tahun 2024 ini, ada perubahan dimana penerimaan siswa yang seharusnya dilakukan sekolah, tapi itu beralih diterima oleh Dinas Pendidikan Kota Jayapura melalui Bidang SMA. Inilah yang membuat kami orang tua kuwalahan, karena kami datang ke sekolah, sekolah menyampaikan bahwa kami berususan dengan Dinas Pendidikan Kota Jayapura,” kata di Jayapura, Kamis, 27 Juni 2024.

Untuk itu, ungkap Verinandus Airi, banyak anak-anak yang tidak diterima masuk di SMA Negeri 4 itu, baik melalui jalur afirmasi putra daerah, jalur zonasi dan jalur prestasi.

“Ini ketika banyak anak-anak yang tdiak diterima, kami datang ke sekolah dari sekolah bertemu dengan panitia dan dari panitia tidak bisa menjelaskan dan mengarahkan kami ke pihak Dinas Pendidikan Kota Jayapura. Saat kami datang ke Dinas Pendidikan Kota Jayapura, berjumpa dengan kepala bidang, namun tidak ada ditempat. Yang membuat kami kuwalahan untuk kami menyampaikan hal-hal terkait dengan anak-anak yang tidak diterima di SMA Negeri 4,” katanya.

Padahal, lanjutnya, orang tua mempertanyakan kewenangan penerimaan siswa baru pada tahun ajaran 2024/2025 di SMA Negeri 4 itu.

“Kami orang tua mempertanyakan kenapa sampai kewenangan sekolah yang seharusnya menerima siswa baru ini, namun hari ini diambil alih oleh Dinas Pendidikan?,” ujarnya.

Selain itu, orang tua murid juga mempertanyakan ada anak-anak yang berprestasi, namun tidak diterima di SMA Negeri 4.

“Ada anak berprestasi rangking 2 dan ia menerima hasilnya diserahkan langsung Dinas Pendidikan di Sasana Krida, tidak juga diterima masuk SMA Negeri 4,” ujarnya.

Untuk itu, pihaknya mempertanyakan jumlah atau kuota penerimaan siswa SMA Negeri 4 jalur prestasi. “Alasan apa yang mengakibatkan anak-anak yang berprestasi ini, tidak diterima. Padahal, pendidikan ini adalah hak dasar dan hal ini tidak bisa ditanggapi dengan baik oleh Dinas Pendidikan. Jadi, sampai hari ini, persoalan anak-anak ini belum mendapatkan titik terang,” tandasnya.

Apalagi, ujarnya, aplikasi yang digunakan oleh anak-anak yang kemarin tidak diterima itu secara otomatis ditutup, sehingga kesulitan membuka aplikasi pendaftaran online.

“Yang membuat kami sedih, anak-anak menangis waktu di dinas. Ada salah satu anak menyampaikan kepada orang tuanya bahwa kalau memang pendidikan meski punya prestasi tidak diakui, maka kita tidak perlu belajar, bapak kita cari uang saja supaya kita bayar ke dinas atau sekolah agar kita bisa lolos atau diterima masuk sekolah, karena hari ini pemerintah tidak bisa menghargai prestasi belajar anak-anak itu,” bebernya.

Selain itu, permasalahan penerimaan siswa di SMA Negeri 4 ini, bukan saja terjadi pada tahun 2024 saja, tetapi pada tahun 2023 juga terjadi hal yang sama. Bahkan, juga dipalang oleh orang tua murid.

Dan, atas dasar kesepakatan orang tua yang waktu itu anaknya tidak diterima masuk SMA Negeri 4 itu, para orang tua datang ke Wali Kota Jayapura, namun saat itu ditemui Plt Sekda Kota Jayapura dan bertemu dengan Ketua DPR Kota Jayapura.

“Saya menyampaikan pesan dihadapan Ketua DPR Kota Jayapura bahwa bolehkan anak-anak ini menangis di tanah mereka terkait pendidikan. Sayang kalau anak-anak ini mereka menangis untuk pendidikan itu dan boleh kah anak-anak ini menangis di atas tanah mereka untuk mereka punya hak dan akhirnya sejumlah anak-anak diterima. Waktu itu, pertemuan dengan kepala sekolah dan semua guru SMA 4 di DPRD Kota Jayapura, akhirnya sejumlah anak-anak diterima dan kami berpikir masalah itu tidak berlanjut di tahun 2024 ini, tapi ternyata berlanjut lagi dan saya khawatir tahun depan akan semakin parah,” jelasnya.

Diakui, pada penerimaan siswa baru di SMA Negeri 4 tahun 2023 itu, tidak dihandle oleh Dinas Pendidikan Kota Jayapura, namun dihandle langsung oleh sekolah dan sampai saat ini belum ada kabar terkait banyaknya anak-anak yang tidak diterima di SMA Negeri 4 itu.

“Kami datang ke sekolah menanyakan kenapa anak-anak tidak diterima di SMA Negeri 4, namun pihak sekolah menyarankan kami untuk menanyakan ke dinas,” katanya.

Ia berharap pemerintah bisa melihat sekolah-sekolah yang ada agar jangan lagi menelantarkan siswa, karena generasi ini merupakan generasi penentu untuk masa depan kota dan bangsa ini.

“Kami selaku orang tua berharap pemerintah Kota Jayapura supaya memberikan ruang sebesar-besarnya kepada anak-anak ini, supaya bisa menyelesaikan study itu, baik di tingkat SD, SMP dan SMA. Kenapa sampai anak-anak ini sampai berebut masuk ke SMA Negeri 4? Karena sekolah ini dalam pembiayaan-pembiayaan masih rendah, karena hampir rata-rata di Kota Jayapura itu, pembiayaannya sangat mahal, sehingga banyak orang tua datang ke SMA Negeri 4,” bebernya.

Diakui, dalam penerimaan siswa di SMA Negeri 4 itu, tentu ada kuota rombongan belajar, sehingga tidak bisa ada tambahan, namun ada ruang dimana bisa diterima masuk sekolah itu.

Ia menyesalkan di jalur zonasi misalnya, mestinya yang berada di wilayah itu yang diterima di sekolah itu, namun faktanya selama ini, SMA Negeri 4 Jayapura yang ada di wilayah Jayapura Selatan, namun ada dari distrik lain justru diterima di sekolah itu. Akibatnya, anak-anak yang berdomisili di wilayah Jayapura Selatan dikorbankan.

“Contohnya, tahun lalu SMP 9 itu ada 30 siswa tidak bisa diterima di SMA Negeri 4. Padahal, bicara zonasi mestinya mereka diterima. Kalau bicara soal prestasi, mestinya anak-anak yang rangking 2 bisa diterima, namun justru tidak diterima, begitu juga jalur putra daerah afirmasi tidak mungkin banyak anak – anak putra daerah yang dikorbankan,” bebernya.

Ia khawatir jika anak-anak yang berprestasi tidak mendapatkan penghargaan atau memberikan ruang oleh sekolah-sekolah di kota ini, tentu sangat disayangkan.

“Namun, jika yang berprestasi tidak bisa masuk seperti ini, bisa saja anak-anak menyatakan mereka tidak usah belajar karena prestasi tidak ada gunanya. Jadi, sekarang ini baiknya kita berjuang cari uang, supaya ketika mau sekolah kita tinggal bayar saja. Jadi, prestasi itu bukan jadi suatu hal yang harus diperjuangkan oleh anak-anak kita lagi,” pungkasnya.(bat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *