JAYAPURA- papuaterkini.com– Peringatan Harlah Nahdlatul Ulama yang ke 102 dan peringatan Isro Mi’raj Nabi Muhammad Saw dilaksanakan oleh MWCNU (Majelis Wakil Cabang NU) Kecamatan Heram bersama dengan Muslimat NU berlangsung di pondok pesantren Yaa Bunayya, Kota Jayapura pada Sabtu (1/1/2025).
Sekedar informasi bahwa ponpes Yaa Bunayya belum lama ini menerima anugerah kategori lembaga pendidikan NU oleh PBNU.
Harlah NU ke 102 mengusung tema secara nasional “Bekerja bersama umat untuk Indonesia Maslahat”. Kegiatan tersebut diwarnai, Khotmil Qur’an, istigotsah dan Mahallul Qiyam Mauidzoh Hasanah Harlah NU dan ditutup dengan pemotongan tumpeng.
KH Mansyur Al-Khafi pengasuh pondok pesantren Nurul Anwar, Komba Sentani, yang membawakan makna Harlah NU.
Beliau menyampaikan bahwa organisasi Nahdlatul Ulama lahir pada 31Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 Hijriah, yang didirikan oleh para pejuang diantaranya Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari bersama Syaikh Kholil Bangkalan (sang guru spiritual Hasyim Asy’ari), KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH As’ad Syamsul Arifin, KH Mas Alwi, KH Ridwan Abdullah.
“NU harus terus menerus turut menjaga kedaulatan negara Indonesia ini. Tanah-tanah di negara kita banyak dikuasai oleh orang lain yang bukan pribumi. Jika itu dibiarkan terus menerus lama- lama kita ini hanya ngontrak di tanak sendiri. Bahkan laut laut kita dipagar untuk dikuasai” kata kiai Mansyur.
Beliau menegaskan untuk kaum muslimin dan muslimat warga Nahdliyyin harus terus menerus tanpa lelah menjaga negeri ini. “Ijazah hizb Bahar tolong diamalkan agar kita tetap terjaga dan demi keselamatan kita semua. Dan selalu memohon pertolongan kepada Allah SWT” ujarnya.
Nahdlatul Ulama (NU) bermazhab Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja). NU mengikuti salah satu dari empat mazhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Dan cenderung kepada Mazhab Imam Syafi’i. memiliki karakteristik, Al-tawassut (moderat), Al-i’tidal (adil), Al-tawazun (keseimbangan), Tasamuh (toleran) terhadap perbedaan pandangan, Tawasut (sikap tengah).
“Tradisi NU itu seneng ngaji, santri itu ya ngaji. Jika ada orang NU tdk senang ngaji maka perlu diragukan keNUannya. Karena ngaji itu standar dasar pesantren. Minimal tafsir jalalain” kata kiai Mansyur yang juga murid dari Al Arif Billah Mbah Maimoen Zubair.
Menurutnya orang-orang NU harus aktif di masjid dan selalu meramaikan, jangan sampai masjid yang dibangunnya dikuasai oleh orang-orang lain yang berada di luar NU.
“Saya ditugaskan ke Papua oleh Mbah Maimoen dari tahun 1995. Dan saya tdk pernah taraweh 11 rokaat, karena tarawehnya orang NU itu 23 rokaat. Tidak usah pakai dalil, karena dalilnya itu capek. Saya mengkritik ini karena saya pengurus NU juga” terangnya.
Sementara itu Ketua Tanfidyah MWC NU kecamatan Heram, M. Solikhan, S.Pd menyampaikan bahwa kegiatan harlah ini bisa terlaksana dengan lancar karena kekompakan semua komponen dan Banon NU serta warga Nahdliyyin di wilayah ini.
Dari PBNU turut memberikan ucapan selamat harlah melalui live streaming adalah salah satu anggota Pengurus Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) Dr. Mahrus Elmawa, M.Ag (kasubdit Ma’had Aly) Kemenag RI.
Sejumlah tamu undangan yang hadir diantaranya, Wakil Walikota Jayapura terpilih H Rustam Saru, anggota DPRD propinsi dan kota, para pengurus MWCNU seluruh kota Jayapura, PCNU dan PWNU, TNI dan Polri. (Ab)