ASMAT–Pangkalan Pendatatan Ikan (PPI) Omor di Kampung Onafai, Distrik Joerat, Kabupaten Asmat tampak terbengkalai, lantaran tidak difungsikan dengan baik dalam pengembangan perikanan di daerah tersebut.
PPI Omor yang dibangun tahun 2008 tersebut, terkesan tidak terurus dan dimanfaatkan dengan baik. Padahal, pembangunan PPI Omor ini, menghabiskan anggaran sekitar puluhan miliar.
Wakil Ketua I DPR Papua, Edoardus Kaize sempat meninjau PPI Omor tersebut dan melihat kondisi bangunan yang sebenarnya sudah dilengkapi dengan dermaga, pabrik es batu dan air minum ini, bahkan dilengkapi menara BTS Telkomsel, namun tidak berfungsi dengan baik.
Salah seorang petugas di PPI Omor, kepada Edoardus Kaize mengatakan jika ada tiga mesin untuk membuat es batu di lokasi PPI Omor ini.
“Ada tiga mesin. Sejak tahun 2008, belum pernah digunakan untuk membuat es batu. Saya hanya kasih nyala untuk panaskan mesin saja dan untuk menyalakan lampu penerangan setiap malam. Solarnya dari kantor,” kata Tinus.
Setidaknya, ada tujuh orang ditambah PPL di UPTD PPI Omor. Namun, saat ini hanya ada dua orang saja. “Dermaga atau pelabuhan PPI Omor ini, tidak pernah digunakan untuk kapal sandar. Ya, mungkin baru satu kali kapal ikan China yang masuk sejak 2008 sampai sekarang,” katanya.
Namun, baru ada kapal ikan kecil mau bersandar di Dermaga PPI Omor ini, setelah pajak dan lainnya lengkap. “Mereka baru tiga bulan mulai sandar di dermaga,” katanya.
Bangunan tempat jual beli ikan juga, tidak digunakan. Bahkan, sudah mulai rusak atapnya, termasuk jalan-jalan papan sudah mulai rusak dan banyak berlubang.
Di lokasi ini, terdapat menara Telkomsel, namun sudah tidak berfungsi lagi selama lima tahun terakhir ini. Tidak ada upaya dari pihak terkait untuk menghidupkan pemancar telekomunikasi ini.
Padahal, sebelumnya bisa digunakan oleh warga berkomunikasi baik telepon maupun SMS. “Sekarang sudah rusak, tidak bisa digunakan hampir 5 tahun ini. Karena PLTS rusak,” kata Tinus.
Sementara itu, Wakil Ketua I DPR Papua, Edoardus Kaize menyayangkan terbengkalainya PPI Omor, Distrik Joerat, Kabupaten Asmat tersebut.
“Sebenarnya kalau melihat PPI Omor ini, ada kerugian negara. Kalau dibiarkan terbengkalai, karena dibangun dengan uang negara untuk membantu masyarakat,” kata Edoardus Kaize.
Namun, jika dibiarkan tidak terurus, kata Edo Kaize, tentu akan membuat mesin-mesin pabrik es akan rusak, tidak baik. “Ini akan menjadi mubazir,” tandasnya.
Padahal, imbuh Edo Kaize, semua fasilitas termasuk mesin pembuat es, masih bagus sehingga Pemkab Asmat bersama Pemprov Papua terutama Dinas Keluatan dan Perikanan untuk berkoordinasi dalam upaya mengaktifkan kembali kegiatan PPI Omor tersebut.
“Ini supaya masyarakat juga berpartisipasi aktif dengan usaha penangkapan dan penjualan ikan di sekitar daerah ini, lewat PPI Omor ini,” ujarnya.
Sebagai pimpinan DPR Papua, pihaknya berharap agar tahun 2018 ini, ada langkah-langkah dari dinas perikanan provinsi maupun kabupaten Asmat agar diaktifkan kembali PPI Omor tersebut.
“Fasilitasnya semua ada. Yang rusak tinggal direhabilitasi, apa-apa yang perlu supaya bisa beroperasi dan memberikan income untuk daerah, terutama untuk masyarakat sekitar,” imbuhnya.
Kapten KM Silalon, Didimus Yarmasa mengaku baru tiga bulan terakhir ini bersandar di Pelabuhan PPI Omor memanfaatkan fasilitas tersebut. Hanya saja, saat ini banyak hasil ikan tangkapannya terpaksa terbuang percuma.
“Hampir 50 persen hasil tangkapan kami, terpaksa terbuang karena tidak es batu di PPI Omor ini, sehingga kita harapkan ikan asin, kadang pegawai di sini bantu jual. Kalau jumlah yang banyak, separuhnya terbuang percuma, karena tidak ada es batu, biasanya dapat 2 – 3 ton, tapi yang terjual ke pasar 1 ton saja, yang lain terpaksa dibuang karena tidak ada coldstorage,” katanya. (bat)
Pihaknya berharap PPI Omor itu bisa difungsikan dengan baik, sehingga membantu kapal-kapal penangkap ikan maupun masyarakat sekitar. (bat)