Semua Daerah di Papua Harus Antisipasi Campak dan Gizi Buruk

Wakil Ketua I DPR Papua, Edoardus Kaize bersama Bupati Asmat, Elisa Kambu meninjau gudang logistik, baru-baru ini.
banner 120x600
banner 468x60
Wakil Ketua I DPR Papua, Edoardus Kaize bersama Bupati Asmat, Elisa Kambu meninjau gudang logistik, baru-baru ini.

ASMAT-Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi buruk yang menyerang anak-anak di Kabupaten Asmat, termasuk 27 orang meninggal akibat diare dan gizi guru di Okbab, Pegunungan Bintang, tampaknya harus menjadi kewaspadaan bagi seluruh kabupaten/kota di Papua.

Hal itu peringatkan Wakil Ketua I  DPR Papua, Edoardus Kaize di sela-sela mengunjungi dan menyerahkan bantuan Fraksi PDI Perjuangan DPR Posko Agats, Kabupaten Asmat, baru-baru ini.

“KLB ini kan sudah terjadi. Ini Asmat yang pertama di tahun 2018, berikutnya Pegunungan Bintang. Kabupaten yang lain, 26  kabupaten dan 1 kota harus berjaga-jaga dan mengantisipasi, karena rata-rata kita punya keadaan riil di lapangan hari ini di seluruh Papua tidak berbeda jauh,” katanya.

Dikatakan, untuk kondisi di pantai atau selatan Papua, terjadi kejadian luar biasa campak dan gizi buruk, lalu Pegunungan Bintang terjadi itu menggambarkan jika gunung dan pesisir hampir sama saja, dalam pola pelayanan kesehatan.

Untuk itu, lanjut Edoardus Kaize, harus diantisipasi oleh dinas kesehatan dan juga gubernur untuk penanganan ini segera diantisipasi.

“Ya, kita harus segera ambil langkah antisipasi untuk daerah lain. Banyak yang sudah meninggal, banyak yang ditangani, namun juga banyak yang berpotensi memiliki gizi buruk atau terserang penyakit yang berisiko,” katanya.

Untuk itu, kata Edo Kaize, bagi masyarakat yang berisiko itu harus dijaga, jangan sampai meninggal dunia.

“Nah, ini yang kita jaga bagi mereka yang berisiko ini, jangan sampai meninggal lagi. Ini harus dijaga. Yang masih hidup dan berisiko kita harus mengantisipasi supaya tidak boleh terjadi terhadap mereka,” ujarnya.

Edo Kaize, sapaan akrabnya, meminta semua dinas kesehatan dan provinsi, harus dikerahkan seluruh tenaga kesehatan dan dimanapun harus bergerak demi misi kemanusiaan.

“Tidak ada alasan dokter tidak ada. Itu tidak boleh. Negara ini banyak dokter, kalau kita perlu provinsi, kalau provinsi kurang ya  minta ke pusat atau kabupaten/kota atau provinsi lain,” imbuhnya. (bat)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *