Rasisme, Ciderai Perjuangan Alm Gus Dur untuk Rakyat Papua

Ketua Fraksi Golkar DPR Papua, Ignasius W Mimin.
banner 120x600
banner 468x60
Ketua Fraksi Golkar DPR Papua, Ignasius W Mimin.

JAYAPURA, Papuaterkini.com – Ketua Fraksi Golkar DPR Papua, Ignasius W Mimin menilai apa yang dialami mahasiswa Papua di Malang, Surabaya, Semarang dan Makassar, mestinya tidak harus terjadi.

Kejadian itu, menurut Ignasius Mimin, menciderai perjuangan alm Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur untuk rakyat Papua.

“Itu bagaimanapun sakit hatinya orang Papua. Rasisme itu, sama saja menciderai perjuangan alm Gus Dur untuk orang Papua,” katanya.

Apalagi, lanjut Ignasius Mimin, Jawa Timur sebagai basis Nahdatul Ulama (NU) dan tempat kelahiran alm Gus Dur yang selama ini berjuang untuk memanusiakan orang Papua dan mengetahui budaya orang Papua.

Namun, kata Ignasius Mimin, justru mahasiswa Papua sebagai generasi muda mendapatkan perlakuan diskriminasi rasisme dan persekusi, sehingga hal itu menciderai perjuangan Gus Dur untuk rakyat Papua.     

“Kami mencintai Gus Dur yang juga memberi nama Papua. Beliau juga merelakan segalanya untuk Papua, sampai Otsus itu terjadi. Jadi, saya harap Jawa Timur khususnya dan pemimpin di Tanah Jawa untuk membina rakyatmu, seperti Gubernur Jawa Barat yang merangkul mahasiswa Papua dalam event peringatan HUT RI. Rangkul dan ambil hati kami. Jangan sampai gagal meng-Indonesia-kan orang Papua dalam NKRI,” tandasnya.

Menurutnya, tindakan rasisme terhadap mahasiswa Papua yang dilakukan ormas dan kelompok masyarakat termasuk oknum aparat negara yang mengepung asrama mahasiswa Papua di Surabaya, termasuk pengusiran terhadap mahasiswa Papua di Malang, tidak dibenarkan.

Sebab, orang Papua tidak pernah mengusir penduduk nusantara dari Jawa Timur dan orang Papua tidak pernah melakukan rasisme terhadap warga nusantara.

Ignasius Mimin mengatakan, jika kejadian rasisme terhadap orang Papua itu, bukan kali ini saja terjadi, tapi sering kali, termasuk ketika Persipura Jayapura main di kandang lawan.

Akibatnya, rakyat di Tanah Papua bereaksi pada Senin, 19 Agustus 2019. Sebab, tentu rakyat Papua tidak ingin diinjak-injak harga dirinya.

Dikatakan, rasisme terhadap orang Papua ini, kini menjadi sorotan dunia internasional. “Masalah rasisme itu bahaya dalam suatu negara. Jangan main-main,” katanya.

Soal tanggapan Presiden Joko Widodo agar lebih baik saling memaafkan, Ignas, sapaan akrabnya, tidak bisa begitu saja. Presiden harus melihat situasi, karena tentu orang Papua terluka hatinya.

“Ini perasaan. Kalau minta maaf, untuk rasis. Itu tidak bisa. Presiden harus bertanggungjawab,” tandasnya.

Soal permintaan maaf Gubernur Jawa Timur telah menyampaikan permintaan maaf atas insiden itu, Ignas mempertanyakan apakah rakyatnya juga telah meminta maaf kepada orang Papua.

“Pembiaran ini, bukan kali ini saja. Tapi setiap tahun selalu ada rasisme terhadap orang Papua. Kami orang Papua sudah cukup kesabaran, apa kurangnya kami hidup di dalam negara ini,” tandasnya.

Ignas meminta kepada semua kepala daerah di Jawa untuk menyampaikan kepada rakyatnya untuk tidak mengulangi perbuatan rasisme itu. (bat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *