Dinkes Papua Diminta Turunkan Tim ke Yalimo

Anggota DPR Papua Daerah Pemilihan Kabupaten Yahukimo, Yalimo dan Pegunungan Bintang, Natan Pahabol, SPd.
banner 120x600
banner 468x60

JAYAPURA, Papuaterkini.com – Adanya aksi unjuk rasa yang dilakukan warga Kabupaten Yalimo, Papua lantaran adanya warga yang divonis positif Corona atau Covid-19, tampaknya menjadi perhatian serius Sekretaris Komisi V DPR Papua, Natan Pahabol, SPd.

Natan Pahabol meminta kepada Dinas Kesehatan Provinsi Papua untuk menurunkan tim ke Kabupaten Yalimo, Papua terkait masalah itu.

“Dinas Kesehatan harus segera turunkan tim ke Yalimo, terkait obat-obatan yang selama ini diminum oleh mahasiswa yang sempat dilakukan karantina di Elelim. Itu obat untuk mengatasi Covid-19 atau bukan?,” kata Natan Pahabol di Gedung DPR Papua, Kamis, 16 Juli 2020.

Bahkan, Dinas Kesehatan juga harus memberikan penjelasan terkait karantina yang dilakukan terhadap mahasiswa selama hampir 26 hari tersebut.

“Mereka mau ada keterlibatan Pemprov Papua dalam melihat hal ini,” tandasnya.

Sebagai Anggota DPR Papua dari Daerah Pemilihan Kabupaten Yahukimo, Yalimo dan Pegunungan Bintang, Natan Pahabol berharap kepada pemerintah daerah untuk transparan agar hal itu tidak menjadi isu yang hangat dan dapat dikonsumsi semua orang, namun akhirnya membias dan berdampak terhadap pelayanan public yang lain.

Apalagi, lanjut Natan, Yalimo merupakan kawasana zona hijau dari Covid-19, namun ada yang diperlakukan dengan tidak adil, seperti dikarantina melebihi hari.

“Jangan sampai mereka merasa dijadikan obyek atau bisnis, sehingga kami berharap kepada Pemkab Yalimo segera menyikapi hal ini dengan bijak, dengan memberikan pemahaman, jika benar harus berani katakan, tapi jika salah ya harus ambil sikap,” paparnya.

Kejadian itu, berawal ketika ada lima mahasiswa dari Jayapura melakukan perjalanan darat ke Yalimo, namun ketika sampai di Elelim, Ibu Kota Kabupaten Yalimo, ternyata langsung dikarantina sejak 4 Juni hingga 30 Juni 2020, padahal biasanya karantina dilakukan 14 hari saja.

“Saat dilakukan rapid test, pertama negative, kemudian positif, lalu negative, padahal orangnya sehat, sehingga mereka merasa diobyekkan saja. Padahal, mereka rasa tidak terdampak Covid-19, karena baik-baik saja, tapi nama mereka disebarluaskan di media bahwa positif Covid-19,” tandasnya.

Akibatnya, kata Natan Pahabol, seluruh masyarakat melakukan aksi menuntut keadilan di Yalimo atas kejadian yang dialami mahasiswa itu.

“Mereka berharap kepada Dinas Kesehatan Provinsi Papua dan Tim Gugus Tugas Covid-19 harus transparan, termasuk mereka menuntut pencemaran nama baik,” pungkasnya. (bat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *