Suku Kamoro dan Wate Tak Diakomodir, Seleksi 14 Kursi DPR Papua Diminta Ditinjau Ulang

Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPR Papua, Mesak Magai, SSos, MSi.
banner 120x600
banner 468x60

JAYAPURA, Papuaterkini.com – Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPR Papua, Mesak Magai, SSos, MSi meminta Panitia Seleksi (Pansel) Rekrutmen Calon Anggota DPR Papua dari jalur pengangkatan atau 14 kursi DPR Papua, untuk ditinjau kembali.

“Hasil seleksi 14 kursi yang telah ditetapkan 42 orang itu, itu lebih baik ditinjau kembali, terutama dari wilayah adat Meepago,” tegas Mesak Magai di Gedung DPR Papua, Jumat, 3 Juli 2020.

Apalagi, kata Mesak Magai, di wilayah Meepago itu, ada beberapa suku, namun calon anggota DPR Papua jalur pengangkatan dari beberapa suku besar di Meepago, justru tidak terakomodir.

Padahal, lanjut Mesak Magai, seleksi terhadap anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) itu didominasi oleh suku Mee dan Moni. Bahkan, pada pemilihan legislatif DPR Papua juga banyak didominasi oleh Suku Mee dan Moni, sehingga mestinya memberikan kesempatan suku – suku lain duduk di DPR Papua.

“Di DPR Papua, kami 10 orang dari daerah pemilihan itu, 7 orang dari Suku Mee dan  7 orang Moni. Berarti, keterwakilan suku, kami sudah ada di sini. Sekarang kasih kesempatan kepada Suku Kamoro di Mimika dan Suku Wate di Nabire. Mestinya ini menjadi pertimbangan Pansel 14 Kursi DPR Papua,” tandasnya.

Untuk itu, Mesak Magai berharap agar hasil seleksi 14 kursi DPR Papua khususnya dari wilayah Meepago  untuk ditinjau kembali sesuai aspirasi dari masyarakat. Bahkan, Mesak Magai berharap agar calon 14 kursi dari Suku Mee dan Moni untuk berjiwa besar untuk dibatalkan dan ditinjau kembali.

 “Karena ada dua suku besar yang belum terakomodir, yakni Suku Kamoro di Kabupaten Mimika dan Suku Wate di Kabupaten Nabire. Jadi, karena ini proses melalui seleksi, bukan pemilihan, maka lebih baik ditinjau kembali dan memberikan kesempatan kepada dua suku Kamoro dan Wate yang merupakan dua suku besar yang ada di wilayah Meepago,” ujarnya.

Menurutnya, mestinya dalam rekrutmen 14 kursi DPR Papua ini, sebenarnya memberikan kesempatan dan prioritas bagi orang asli Papua atau suku – suku yang belum pernah sama sekali memiliki wakil yang duduk di DPR Papua.

“Terutama karena ini kan dari unsur partai politik, ada ketua – ketua partai, ada juga yang kami masuk sama-sama sebagai caleg di DPR Papua di Dapil Meepago juga terakomodir di situ. Lebih baik kalau kelompok – kelompok seperti itu dibatalkan saja, tetapi ditinjau kembali untuk prioritas bagi dua suku besar yakni Kamoro dan Wate. Karena saya lihat dari 48 nama calon 14 kursi, didominasi Suku Mee dan Moni, lebih baik itu dibatalkan saja dan diprioritaskan Kamoro dan Wate,” jelasnya.

Untuk itu, Mesak Magai yang merupakan Anggota DPR Papua dari Dapil III Papua meliputi Kabupaten Nabire, Dogiyai, Deiyai, Paniai, Intan Jaya dan Mimika ini, meminta kepada Pansel 14 Kursi DPR Papua untuk mempertimbangkan dan meninjau kembali terhadap hasil seleksi tersebut.

“Jangan salah satu suku di Papua dianaktirikan. Jangan karena mereka lemah, jangan karena mereka tidak bisa bertindak, tetapi kita menghargai. Mereka adalah orang asli Papua dan punya hak besar di Tanah ini, maka mereka ini harus masuk dalam daftar,” pungkasnya. (bat)

Respon (2)

  1. Salam sukses, Pa Mesak Magai
    Tolong di cek kembali UNTUK WILAYAH MEE PAGO.
    ITU WILAYAHNYA MANA SAJA. KARENA MENURUT HEMAT KAMI SELAMA INI WILAYAH NABIRE ITU MASUK DI SAIRERI ,
    NAH INI JADI PERTANYAAN FILOSOFI APAKAH YANG MEMBUAT NABIRE DI MASUKAN KE WILAYAH ADAT MEE PAGO,, YANG SEPERTI PANTAI PESISIR ITU DANAU K?
    SEHINGGA HANYA SUKU WATE YANG DI AKUI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *