Anggota DPR Papua Ini Ajak Warga Kembangkan Pangan Lokal

Anggota Komisi II DPR Papua, Hosea Genongga dalam kegiatan hearing dalam rangka pengawasan dan sosialisasi perdasi-perdasus di Koya, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura.
banner 120x600
banner 468x60

JAYAPURA, Papuaterkini.com – Anggota Komisi II DPR Papua membidangi ekonomi, Hosea Genongga mengajak warga untuk mengembangkan pangan lokal dalam upaya untuk ketahanan pangan di Bumi Cenderawasih, Papua.

Hal itu disampaikan Hosea Genongga pada pertemuan dengan masyarakat di Koya, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura dalam rangka hearing kegiatan pengawasan dan sosialisasi peraturan daerah provinsi (Perdasi) dan Peraturan daerah khusus (Perdasus) baru-baru ini.

Apalagi, kata Hosea Genongga, Pemprov Papua terus mendorong pengembangan pangan lokal guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan menghindari kerawanan pangan.

Bahkan, Hosea Genongga berharap masyarakat lebih banyak dan terbiasa mengkonsumsi pangan lokal, seperti sagu, betatas, singkong dan lainnya.

“Nah, pangan lokal ini sangat penting untuk katahanan pangan kita. Makanya, saya mengajak warga untuk terus menanam pangan lokal untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,” kata Hosea Genongga.

Menurutnya, dengan adanya pengembangan pangan lokal ini, tentu diharapkan ke depan dapat berpengaruh terhadap peta kerawanan pangan di Provinsi Papua ke depannya.

Hosea Genongga juga berharap agar dengan adanya pangan lokal ini, tentu akan mengurangi ketergantungan terhadap beras yang selama ini banyak didatangkan dari luar Papua.

“Ini sebenarnya jadi potensi yang bisa dikembangkan menjadi komoditas unggulan, termasuk produk-produk yang berasal dari pangan lokal, seperti tepung, kue dan lainnya,” ujarnya.

Untuk itu, Hosea Genongga mengimbau masyarakat untuk mulai menanam kebutuhan – kebutuhan pangan lokal di pekarangan atau kebun mereka, guna memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari.

Dalam kesempatan pertemuan dengan warga ini, Hosea mengungkapkan jika masyarakat membutuhkan bantuan peralatan untuk berkebun, seperti cangkul, skop, parang dan lainnya.

“Mereka pada dasarnya menyambut baik untuk ikut mengembangkan pangan lokal ini. Tapi, mereka butuh dukungan peralatan untuk membuka kebun,” imbuhnya. (bat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *