Pembangunan Jalan ‘Linggis’ Buper – Kampung Harapan Capai 80 Persen

Anggota Komisi IV DPR Papua, Apeniel Sani berbincang dengan Kabid Bina Marga Dinas PUPR Papua, Yakob Haluk saat mengecek jembatan Linggis yang menghubungkan Jalan Buper - Kampung Harapan, baru-baru ini.
banner 120x600
banner 468x60

JAYAPURA, Papuaterkini.com – Pembangunan jalan alternative dari Buper, Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura  menuju ke Kampung Harapan, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura telah tercapai 80 persen.

“Progres pembangunan jalan Buper – Kampung Harapan ini, sudah mencapai 80 persen, tinggal nyambung atau kurang 300 meter saja,” ungkap Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR Provinsi Papua, Yakob Haluk di sela-sela Kunjungan Ketua Komisi IV DPR Papua, Herlin Beatrix Monim didampingi Anggota Komisi IV DPR Papua, Apeniel Sani, Herman Yogobi, Arnold Walilo, Timotius Wakur dan Yotam Bilasi baru-baru ini.

Pembangunan ruas jalan alternative Buper – Kampung Harapan itu, menelan anggaran sebesar Rp 48 miliar pada paket tahun 2020.

Ruas jalan sepanjang 7 Km itu, kata Kabid Bina Marga, tinggal pembangunan jembatan yang kini mulai dikerjakan dan jalan naik dari ruas jalan utama Sentani – Abepura.

“Jadi, tinggal jembatan ini dan jalan naik ke jembatan ini, Telagaria  ke Buper. Di sini ada anggaran Rp 10 miliar  untuk jembatan dan untuk jalan dari bawah sampai jembatan dianggarkan Rp 5 miliar,” ujarnya.

Diakui, dalam pembangunan ruas jalan Buper – Kampung Harapan itu, ada ruas jalan sepanjang 1,72 Km yang tidak diaspal, lantaran masuk kawasan konservasi, sehingga tidak dibangun secara permanen, sehingga menggunakan jalan tanah saja.

Setelah PON, akan dibuka jalan baru untuk akses ke bawahnya, setelah ada persetujuan dengan pemilik tanah dan Pemprov Papua.

“Sebenarnya jalan ini jalan Buper – Kampung Harapan, tapi kami kasih nama Jalan Linggis, karena pada saat kami survey dan buka jalan ini, orang lempar kami dengan Linggis. Makanya kami kasih nama Jalan Linggis,” katanya.

Pembangunan jembatan linggis saat ini materialnya sudah dipesan dari Jakarta dan diperkirakan dalam 3 minggu akan tiba di Jayapura, sehngga pihaknya menargetkan dalam September awal atau pertengahan sudah selesai.

“Nah, ada jalan alternative di sini. Bisa lewat bawah, jika memang tidak terkejar waktunya untuk pembangunan jembatan ini,” imbuhnya.

Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR Papua, Apeniel Sani meminta agar pembangunan ruas jalan Buper – Kampung Harapan itu segera diselesaikan. Pasalnya, jalan itu diharapkan dapat mengurai kemacetan atau menjadi jalan alternatif pada saat pelaksanaan PON XX pada Oktober 2021.

“Setelah kami Komisi IV DPR Papua meninjau jalan Buper – Kampung Harapan, kami lihat anggarannya cukup besar hampir Rp 50 miliar. Kami lihat jalannya sudah bagus, hanya ada ruas jalan sekitar 1 Km lebih tidak diaspal, karena dianggap masuk kawasan konservasi,” katanya.

Hanya saja, ujar Paniel Sani, pembangunan ruas jalan Buper – Kampung Harapan itu, tinggal tersisa pembangunan jembatan  dan ruas jalan sekitar 300 meter hampir mendekati Kampung Harapan tembus ke jalan utama Sentani – Abepura yang belum selesai.

Namun, Apeniel Sani mengingatkan agar Dinas PUPR memperhatikan lokasi yang hampir longsong di ruas jalan alternatif itu, agar dibuat talud atau saluran draenase.

“Sebelum terlambat, karena ini musim hujan juga, jangan sampai hujan memperparah kondisi jalan itu, perlu perbaikan segera dengan membangun talud dan saluran air,” ujarnya.

Apeniel mengatakan jika pembangunan jembatan di ruas jalan Buper – Kampung Harapan itu, tentu sangat berat jika waktunya hanya 1 bulan saja. Untuk itu, ia menekankan agar kontraktor yang menangani itu, agar bekerja cepat dan maksimal agar dapat selesai dan bisa dimanfaatkan.

“Jembatan itu, harus sesegera mungkin diselesaikan, karena kemarin baru pemancangan tiang atau baru mencapai 20 persen saja,” tandasnya.

Apeniel Sani mengapresiasi pembangunan jalan itu, apalagi dengan pemandangan atau view yang sangat indah baik pegunungan atau perbukitan yang hijau dan hamparan Danau Sentani.

Untuk itu, Apeniel Sani berharap agar dapat menjadikan ruas jalan alternative itu, bisa dijadikan kawasan wisata. Misalnya, dibangun spot – spot foto.

“Ya, di kiri – kanan jalan bisa dimanfaatkan untuk wisata. Misalnya dibangun spot foto dan menjual kerajinan khas Papua. Jangan lihat pembangunan infrastrukturnya saja, tapi juga menikmati interior jalan karena viewnya sangat indah, sehingga dapat dinikmati tamu – tamu yang datang,” imbuhnya. (bat)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *