JAYAPURA, Papuaterkini.com – Kelompok Khusus (Poksus) DPR Papua meminta agar Pemprov Papua memberi subsidi untuk transportasi perintis di Papua. Sebab, Pemerintah pusat dalam memberikan bantuan kadangkala menyamakan kondisi Indonesia, padahal tidak semua kabupaten sama khususnya di Papua, contohnya adalah pemberian bantuan mobil.
“Dalam pemandangan umum terhadap LKPJ Gubernur Papua tahun 2020, Poksus DPR Papua menyampaikan pembayaran subsidi melalui APBD sangatlah penting dianggarkan oleh pemerintah Provinsi Papua, misalnya subsidi kepada transportasi perintis misalnya Maskapai AMA, MAF Advent, Bis DAMRI dan Kapal ASDP,” kata Ketua Poksus DPR Papua, John NR Gobai, Minggu, 1 Agustus 2021.
Menurutnya, pembayaran subsidi dalam APBD sangatlah penting dianggarkan oleh Pemprov Papua, misalnya pemberian subsidi kepada Maskapai AMA, MAF dan Advent agar mereka dapat membantu masyarakat Papua yang ada di kampung – kampung dan subsidi untuk Bis DAMRI untuk membantu anak – anak sekolah di kota kota dimana Bis DAMRI beroperasi seperi di Kota Jayapura, Merauke, Keerom, Serui, Biak, Nabire, Timika dan subsidi kepada kapal – kapal ASDP untuk melayani masyarakat di pesisir dan pulau – pulau di Papua.
“Pemda harus menganggarkan subsidi untuk transportasi demi kepentingan masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut, dengan adanya sarana ini, maka akan ada program dokter terbang, yang menjangkau kampung – kampung, aparat pemerintahan, petugas kesehatan dan guru dapat sampai di tempat tugas mereka untuk melakukan pelayanan pemerintahan, sehingga diperlukan adanya sarana transportasi baik pesawat udara maupun pesawat air atau kapal – kapal motor kecil untuk menjangkau kampung kampung dan membantu masyarakat di Papua dengan sarana transportasi.
John Gobai mengatakan, jika Papua memiliki daerah yang luas dan medan yang bergunung-gunung dan rawa yang luas, tentu memerlukan sarana pelayanan untuk menjangkau masyarakat yang hidup jauh dari perkotaan dan pusat pusat pemerintahan.
Bahkan, John Gobai sempat mengungkap fakta sejarah, jika pada awal tahun 1950-an, Pater Misael Kamarer yang melakukan perjalanan dari Pagopugaida, Kugapa (sekarang Distrik Bibida, Kabupaten Paniai) menuju Ilaga dan lembah Kemandoga dan Dugindoga (kini Kabupaten Intan Jaya), untuk missi penyebaran gereja Katolik di Pegunungan Tengah Papua bagian barat (West Central Berglaand).
Namun, dalam perjalanan pulang, dari Ilaga menuju Paniai, diduga karena kehilangan arah jalan, Pater Misael hilang kabar selama satu bulan dan pimpinan Gereja Katolik dan Pemerintah Belanda, menduga Pastor ini telah meninggal, namun kemudian Pastor ini tiba di Kampung Zoanggama, Kabupaten Intan Jaya.
“Peristiwa ini, kemudian mendorong Gereja Katolik untuk berusaha menghadirkan sebuah sarana transportasi yang dapat menunjang pelayanan gereja Katolik di Papua, akhirnya hadir sebuah lembaga penerbangan yang kemudian kita kenal dengan nama AMA dan pesawat terbangnya, dengan subsidi dari Belanda,” jelasnya.
Kemudian, imbuh John Gobai, terbangun juga lapangan terbang di berbagai kampung yang sekarang masih berfungsi, namun juga sebagian sudah tidak berfungsi lagi.
Saat itu, masyarakat dijangkau baik melalui pesawat air maupun pesawat udara, sehingga program-program agar dapat menjangkau masyarakat yang ada di kampung – kampung yang jauh dari pusat pemerintahan. (bat)