JAYAPURA, Papuaterkini.com – Pelaku penyerangan terhadap tenaga kesehatan (Nakes) di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, beberapa hari lalu, ternyata warga setempat.
Bahkan, para pelaku penyerangan dan pembakaran fasilitas kesehatan dan Bank Papua di Kiwirok itu, justru orang – orang yang sudah kenal, sering bertegur sapa dan bahkan makan bersama dengan para korban.
Hal itu diungkapkan oleh Anggota DPR Papua, Darwis Massi, SE ketika bersama Anggota DPR Papua, Ir Junaedy Rahim dan Tarius Mull, SSos mengunjungi lima orang nakes yang menjadi korban di RS Marthen Indey, Kota Jayapura, akhir pekan kemarin.
“Ini suatu hal yang sulit diterima akal sehat bahwa yang menganiaya, yang memukul dan yang menyiksa mereka, justru orang – orang yang mereka sudah kenal, sering tegur sapa dan bahkan sering makan bersama dan yang bakar warga kampong situ juga,” kata Darwis Massi kepada Papuaterkini.com usai mengunjungi Nakes.
Darwis mengakui telah mengunjungi lima korban yang dirawat di RS Marthen Indey untuk memberikan dorongan moril atas kejadian yang mereka alami.
“Kasus itu sangat memprehatinkan. Siapapun orangnya, kalau melihat kondiri ini, pasti akan terketuk hatinya secara manusiawi dan tentu prehatin atas kondisi yang dialami mereka,” ujarnya.
Dikatakan, para tenaga medis atau nakes ini, seharusnya dilindungi, bahkan hukum Internasional pun menyatakan demikian, meski dalam kondisi perang sekalipun, mereka harus dilindungi.
Namun, kejadian di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang itu, justru mereka dibantai.
“Mereka dibunuh dan disiksa dengan sadis. Tidak ada nilai – nilai kemanusiaan, mereka diperlakukan seperti binatang,” tandasnya.
Darwis mengungkapkan bahwa dari keterangan para korban bahwa yang melakukan penyerangan dan penganiayaan terhadap nakes itu, justru orang – orang yang kenal.
“Tadi mereka (nakes) cerita bahwa para pelaku ini kenal. Orang – orang itu sering makan sama-sama, sering ketemu di kampung, di puksesmas dan sering bertegur sapa. Mereka (Nakes) cerita bahwa dalam kesehariannya, mereka sering tegur sapa, hidup berdampingan, sehingga para nakes ini tidak percaya hal itu terjadi,” ungkapnya.
Dalam kunjungan itu, Darwis Massi mengatakan jika para Nakes sangat mengharapkan kepada pemerintah daerah dan provinsi untuk memperhatikan mereka.
Selain itu, mereka (Nakes) meminta jaminan keamanan ketika menjalankan tugas.
“Mereka tidak akan bertugas ke sana, kalau tidak ada jaminan keselamatan bagi mereka,” ujarnya.
Untuk itu, Darwis Massi meminta kepada pihak berwenang, TNI dan Polri bersama pemerintah daerah Pegunungan Bintang bisa menjamin keselamatan mereka.
“Mereka sempat tanya bentuk jaminan keselamatan seperti apa? Karena sekarang mereka lagi trauma, karena untuk jangka panjang, mereka akan sulit bekerja, kalau tidak ada jaminan keamanan,” imbuhnya. (bat)
Itulah bedanya binatang dengan manusia,,,manusia masih punya hati nurani,,binatang tidak mempunyai hati nurani,,,persisnya berhati iblis….
Semoga pemerintah daerah dan pusat membantu dan memfasilitasi para Nakes yg menjadi korban kekejian KKB untuk diangkat menjadi ASN/PNS
Jangan lagi ada seorangpungygdatang melayani org2 durhaka,penghianat dan biadab itu,biarkan mereka menderita selamanya.
1.sangat biadab…TDK manusiawi aparat segera proses
2. Itu daerah rawan konflik mereka hrs dilindungi sdh berubah nama bukan bukan tenaga kesehatan tapi tim palang merah dgn mengibarkan bendera palang merah. Ini yg TDK pernah dilakukan di daerah konflik
3. Sangat duka dan berbela sungkaw.
Kesalahan pada para pimpinan yg menugaskan mereka. Pimpinan yg tdk mampu analysis kondisi keamanana Dan tingkah laku masyarakat setempat. Diturunkan Dan dipecat dipenjara.
Berarti sdh mulai jelas, bukan OPM dangan penyerangan…
Tolong diungkapkan otaknya dan motifnya…..