Legislator Papua Bantu Bama Pengungsi Intan Jaya di Nabire, Dominggus: Saya Ingin Sekolah Lagi

Anggota Komisi I DPR Papua, Laurenzus Kadepa menyerahkan bama kepada pengungsi Intan Jaya di Nabire, Selasa, 28 Desember 2021.
banner 120x600

JAYAPURA, Papuaterkini.com – Anggota Komisi I DPR Papua, Laurenzus Kadepa kembali memberikan bantuan bahan makanan (bama) kepada pengungsi Intan Jaya, setelah sebelumnya empat kali mengirim bantuan serupa.

Kali ini, bantuan bama berupa beras, mie instan dan lainnya itu, diberikan kepada pengungsi Intan Jaya yang memilih tinggal di Kabupaten Nabire, Papua, Selasa, 28 Desember 2021.

Legislator Papua dari Partai Nasdem itu mengaku telah mengunjungi pengungsi asal Intan Jaya yang ada di Kampung Wadio Bawah, Kabupaten Nabire.

“Pada hari ini Selasa, 28 Desember 2021, saya mengunjungi Kampung Wadio Bawa di Nabire untuk berbagi sedikit berkat kepada sesama lebih khusus kepada masyarakat Intan Jaya yang mengungsi ke Nabire karena konflik bersenjata,” kata Laurenzus Kadepa kepada Papuaterkini.com.

Selain menyerahkan bahan makanan, Kadepa yang juga intelektual Meepago ini juga mendengar langsung aspirasi dan harapan rakyat Intan Jaya di pengungsian itu.

“Harapan rakyat dan saya sama. Semoga di tahun baru 2022, Intan Jaya dan sekitarnya aman tidak ada konflik yang terjadi. Kami rindu perdamaian agar anak – anak  bangsa asal Intan Jaya juga bisa sekolah sama seperti anak – anak dari daerah lain di Indonesia,” imbuh Kadepa.

Bantuan bama itu pun disambut antusias dan penuh syukur dari para pengungsi asal Kabupaten Intan Jaya tersebut.

Bahkan, salah seorang pelajar berharap bisa kembali ke Intan Jaya untuk meneruskan belajar di sekolahnya. Sebab, sudah hampir 1 bulan lebih, beberapa waktu ini, tidak bisa belajar, lantaran dihentikan akibat situasi konflik bersenjata di daerah itu.

Dominggus Nambagani, salah seorang pelajar SMP Sugapa mengakui terpaksa meninggalkan sekolah dan memilih turun ke Nabire bersama orang tuanya untuk menghindari konflik bersenjata di Intan Jaya.

“Sudah lebih 1 bulan saya tidak sekolah, karena menghindari konflik bersenjata. Saya ikut mengungsi di Nabire,” katanya.

Dominggus mengatakan jika ia tidak sekolah, lantaran pihak sekolah juga belum memberikan informasi kapan proses belajar mengajar di mulai kembali setelah ada konflik bersenjata di daerah itu.

“Jadi, belum ada informasi dari bapak guru untuk sekolah,” ujarnya.

Dominggus berharap agar situasi di Intan Jaya kembali normal, sehingga ia bisa kembali ke sekolah bersama dengan teman-temannya.

“Saya ingin bisa sekolah lagi, karena sudah beberapa waktu tidak bisa sekolah,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Ikatan Mahasiswa Intan Jaya di Kota Studi Jayapura, Yanuarius Weya mewakili mahasiswa Intan Jaya menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada Anggota Komisi I DPR Papua, Laurenzus Kadepa yang telah peduli terhadap para pengungsi asal Intan Jaya itu.

Apalagi, bantuan itu bukan hanya sekali saja, tetapi sudah empat kali diberikan langsung di Intan Jaya dan sekali di Nabire.

“Beliau selama ini konsisten menyuarakan apa yang dialami rakyat, aspirasi mahasiswa, selalu ditindaklanjuti dan cepat respon, baik Papua maupun khusus dari kami di Intan Jaya. Beliu tidak hanya bicara di media, tapi bertindak cepat merespon aspirasi, bukan hanya bantuan dari lembaga dan fraksi saja, tapi juga dari pribadi sendiri,” kata Yanuarius Weya.

Bantuan bama untuk pengungsi Intan Jaya di Nabire yang diserahkan Anggota Komisi I DPR Papua, Laurenzus Kadepa.

“Pengungsi di Intan Jaya itu, sebagian besar ada di Nabire yang tersebar di beberapa titik. Mereka ada yang kos dan tinggal di rumah saudara mereka. Ya, datanya belum jelas, tapi diperkirakan ada ribuan yang memilih mengungsi ke Nabire,” sambungnya.

Untuk itu, Yanuarius Weya berharap agar Pemkab Intan Jaya untuk melakukan pendataan terhadap pengungsi, sekaligus memberikan perhatian serius kepada mereka.

Yanuarius Weya mengaku sangat khawatir banyaknya pengungsian warga dari Intan Jaya ke Nabire, karena bisa berdampak terhadap generasi muda Intan Jaya 5 – 10 tahun ke depan, lantaran tidak menempuh pendidikan dengan baik.

Bahkan, anak-anak Intan Jaya hampir tidak bisa sekolah sejak tahun 2019 hingga 2021. Apalagi, ketika ada konflik bersenjata berlangsung, pihak sekolah langsung menghentikan aktivitas belajar mengajar hingga aman, terutama di pedalaman Intan Jaya sudah tidak ada aktivitas sekolah lagi.

Akibat kondisi itu, imbuh Weya, banyak orang tua membawa anaknya mengungsi hingga situasi kembali aman, kemudian mereka kembali lagi dan anak-anak bisa sekolah lagi.

“Nah, ini tentu memprehatinkan bagi kami semua, lantaran banyak anak-anak tidak bisa sekolah akibat konflik. Ini perlu perhatian serius dari Pemkab Nabire, Pemprov Papua maupun Negara agar mereka bisa sekolah, untuk menyelamatkan SDM Intan Jaya, seperti bapak Laurenzus Kadepa mengantar sendiri 15 anak sekolah di Jayapura,” imbuhnya. (bat)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *