Kelompok Tani Orang Asli Papua di Jayapura Sukses Panen Padi Hibrida

Kepala Dinas TPH Kabupaten Jayapura, David A Zakaria bersama petani OAP dari Kelompok Tani Tquab Min di Kampung Swentab, Distrik Kemtuk Gresi, Kabupaten Jayapura, melakukan panen padi varietas hibrida kedua, akhir pekan kemarin.
banner 120x600
banner 468x60

SENTANI, Papuaterkini.com  – Hamparan tanaman padi yang telah menguning pertanda siap panen membawa keberkahan bagi Kelompok Tani Tquab Min, Kampung Swentab, Distrik Kemtuk Gresi, Kabupaten Jayapura.

Sebagai bentuk rasa syukur, Kelompok Tani Tquab Min bersama Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Kabupaten Jayapura menggelar  panen padi varietas hibrida tahap II di area persawahan Keltan Tquab Min, akhir pekan kemarin.

Panen padi varietas hibrida itu, dilakukan bersama Polsek Kemtuk Gresi dan Dinas TPH Kabupaten Jayapura bersama Kelompok Tani Tquab Min, Kampung Swentab, Distrik Kemtuk Gresi.

Kepala Dinas TPH Kabupaten Jayapura, David A Zakaria mengatakan, luasan  padi yang dipanen kemarin itu seluas 4,5 hektar. Sebelumnya,  sudah dilakukan panen padi dengan luasan sebanyak 3,5 hektar pada bulan Januari 2022 lalu.

David menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada para petani, khususnya Kelompok Tani Tquab Min yang telah berhasil melakukan panen padi varietas hibrida tahap kedua di bulan Februari 2022.

“Kelompok tani yang mengelola padi hibrida ini merupakan para petani asli Papua, yang sudah berubah perilakunya dalam bertani. Jadi, tidak hanya berorientasi pada tanaman sayur – sayuran, umbi – umbian, sagu atau tanaman palawija lainnya. Tapi, mereka sudah konsen juga untuk mengembangkan padi,” katanya.

David juga menyampaikan, para petani atau Kelompok Tani Tquab Min dalam mengembangkan padi ini sudah masuk tahun ketiga.

“Di tahun 2022 ini merupakan tahun ketiga mereka lakukan pengembangan padi dari luasan pertama sekitar 2 hektar. Setelah lakukan panen padi tahap kedua, mereka nyatakan siap lagi untuk mengembangkan padi varietas hibrida lebih luas lagi atau lakukan penambahan area persawahan. Karena mereka senang dengan padi varietas hibrida, di mana varietas padi ini umurnya pendek dan di sekitar 70 hari sampai 85 hari sudah bisa lakukan panen,” jelasnya.

“Sedangkan untuk varietas lain, itu bisa sampai tiga bulan atau empat bulan atau 110 hari sampai 120 hari. Tapi padi yang kemarin kami kembangkan dan panen ini, di dua bulan sudah bisa lakukan panen,” sambung David.

Untuk diketahui, Dinas TPH Kabupaten Jayapura dalam mengembangkan padi varietas hibrida ini bekerjasama dengan Polda Papua.

“Padi varietas yang sudah kami kembangkan di Kelompok Tani Tquab Min ini, bekerjasama dengan dengan Polda Papua. Mereka membantu kami dalam membuka lahan dengan alat berat, sementara kami mengolah tanahnya dan melakukan rotary, sehingga para petani itu tanam padi dalam bentuk Tabela (tanam benih langsung). Jadi, tidak disemai lagi benihnya dan gunakan sistem Tabela,” terangnya.

Bertanam padi hibrida merupakan salah satu teknologi pemuliaan tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif peningkatan produktivitas padi secara nasional.

“Melalui pemanfaatan keunggulan sifat heterosis yang terdapat pada turunan pertama (F1) padi hibrida, akan menghasilkan potensi hasil yang lebih tinggi hingga 20 persen dibanding padi inbrida atau lokal,” ujarnya.

David berharap dengan adanya demplot ini, sangat penting yang tujuannya adalah sebagai sarana desiminasi atau mensosialisasikan pengenalan varietas baru produksi rakitan anak bangsa yang belum pernah dikembangkan petani.

Kadis TPH David juga memberikan apresiasi dan ucapkan terima kasih kepada pihak Polda Papua, lantaran panen ini adalah hasil kerjasama antara pihak Dinas TPH bersama Kelompok Tani Tquab Min dengan Polda Papua, untuk mendukung pemerintah dalam meningkatkan produktivitas padi. (irf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *