Worshop HPI ke 167, Lahirkan Lima Program Unggulan

Ketua II PGGP, Pdt MPA Maury MTh dalam acara Workshop Membangun Paradigma Inklusif dalam rangkaian kegiatan Hari Pekabaran Injil (HPI) ke 167 di Entrop, Kota Jayapura, 23 – 25 Februari 2022.
banner 120x600

JAYAPURA, Papuaterkini.com – Lokakarya atau Workshop Membangun Paradigma Inklusif (MPI) dengan tema “Api Injil Terus Menyala dari Tanah Papua” digelar oleh PGLII, PGGP dan Wahana Visi Indonesia (WVI) dalam rangka perayaan Hari Pekabaran Injil (HPI) ke 167 di Entrop, Kota Jayapura, 23 – 25 Februari 2022.

Kegiatan yang dihadiri 13 peserta meliputi para Pendeta dan Pimpinan Gereja dan Pastor, serta  Fasilitator, dan co-fasilitator ini, menghasilkan program turunan berupa 5 (lima) program unggulan dan prioritas yang terdiri dari 2 (dua) program Pendidikan yaitu Integrasi Sekolah Minggu dan PAUD melalui program pembekalan guru Sekolah Minggu dan PAUD, Program Penggalangan Pendanaan.

Sedangkan bidang ekonomi, membuat 2 (dua) program unggulan dan prioritas yaitu pendataan pemberdayaan ekonomi jemaat dan pedagang di pasar  Tradisonal. Dan program unggulan di dalam menangani isu-isu sosial termasuk diantaranya adalah penanganan 60.000 pengungsi dan pembangunan shelter (penampungan sementara untuk para pengungsi) masyarakat korban konflik.

Ketua II PGGP, Pdt Metusaleh PA Maury STh mengatakan, kegiatan workshop tersebut masih dalam rangkaian peringatan Hhari Pkesabaran Inaik (HPI) ke 167.

“Workshop MPI merupakan bagian dari rangkaian HPI yang menegaskan bahwa kehadiran gereja-gereja Papua adalah sebagai umat Allah yang dipanggil untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah yang dinampakkan dalam kepeduliaan untuk menyelesaikan masalah Pendidikan, ekonomi dan isu-isu sosial di Papua,” kata Pdt Maury.

Dijelaskan, salah satu masalah utama yang dibahas dalam penyusunan program adalah belum terintegrasinya antara Sekolah Minggu dan PAUD akibat perbedaan doktrin, termauk kurangnya dukungan stakeholder dan minimnya pendanaan, serta belum adanya system rekrutmen, kurikulum yang memadai.

Penyusunan program lainnya di bidang ekonomi dan isu-isu sosial terkait dengan penanganan pengungsi juga menjadi analisa MPI.

“Syukur Puji Tuhan dalam workshop ini kita berhasil melahirkan lima program unggulan dan prioritas yang terdiri dari dua program Pendidikan dan dua program ekonomi umat,” katanya.

Menurutnya, momen perayaanHPI ke 167 merupakan titik tolak membangun semangat iman, ketahanan pengharapan dan jangkauan kasih yang meluas, melintas batas.

“Nuansanya nampak dalam hasil keputusan dan rekomendasi konferensi para pemimpin gereja dalam rangkaian Hari Pekabaran Injil yang kita laksanakan ini,” ujarnya.

Sementara, Maryam Deda, Pengajar STT Baptis Papua mengaku bersyukur dengan kegiatan yang dilaksanakan. Menurutnya, dengan workshop itu, pihaknya mengaku lebih tajam dalam menganalisis masalah – masalah sosial yang ada, mencari akar persoalan hingga bertindak memberikan kontribusi nyata dalam lingkup.

“Saya berharap, Pelatihan MPI yang mengubah pola pikir, sikap dan tutur kata ini dapat berdampak di tengah situasi Papua yang rumit dan penuh persoalan. Dimulai dari kita yang mengalami pembaharuan dalam Kristus dan menerapkan nilai-nilai Kerajaan Allah itu di semua dimensi kehidupan. HPI ke-167 menjadi catatan bagi gereja untuk tidak memikirkan diri sendiri, melainkan berkolaborasi dalam proses menciptakan Papua yang lebih baik ke depan,” paparnya.

Ketua Sinode Gereja Pentakosta di Papua, Pdt Dr. Robert Marini MTh menyambut baik kegiatan ini. Ia mengaku bangga bisa bertukar pikiran dengan para gembala dan tutor dari Jakarta hingga mampu membuka paradigma serta kapasitas baru dalam pergerakan oikumene demi pembaharuan gereja.

Pihaknya optimis momentum HPI menjadi momen kebangkitan baru ditengah gejolak Pandemi global, serta kondisi Indonesia yang multi suku, budaya dan agama.

“Kebangkitan gereja ini bukan sesuatu yang kecil, namun dengan adanya rekomendasi/keputusan HPI melalui konferensi yang juga diperdalam melalui Lokakarya MPI ada suatu kekuatan baru yang luar biasa. Kami sangat berterima kasih pada para fasilitator yang sangat akrab seperti keluarga dan setia mendampingi dalam Lokakarya MPI sehingga para peserta dapat mengeksplor sejauh mana masalah-masalah di Papua dapat diselesaikan, terlebih lagi adanya sinergitas antara pemerintah  dengan PGGP dan Gereja,” ujarnya.

“Ini sesuatu yang belum pernah kita lihat, ketua DPR Papua sendiri yang sampai menjadi Ketua Panitia HPI, jadi ini kesempatan yang Tuhan berikan untuk kita manfaatkan dengan baik,” sambungnya.

Wakil Ketua II STAKPN Sentani, Pdt Dr. Alfius Aninam menyebut, workshop bersama menjadi solusi kongkrit untuk mencari solusi atas suatu persoalan. Terlebih bagi Perguruan Tinggi dan gereja.

“Kadang kita cenderung memikirkan program besar, namun hasilnya tidak maksimal. Melalui pelatihan ini, diperkenalkan cara dan metode dalam mencari solusi dan aplikasi untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Terima kasih untuk penyelenggara dan para fasilitator MPI yang luar biasa maksimal memberikan bekal pemikiran inklusif sehingga para peserta mampu menjembatani dan menghadirkan kerajaan Allah bagi semua masyarakat di Papua dari berbagai latar belakang suku, agama, ras Ini,” katanya.

Ia berharap kegiatan ini terus dilaksanakan agar semakin banyak orang yang ditolong untuk berpikir secara komprehensif dan lebih metodis sehingga mampu menangani persoalan-persoalan di Papua.

Diakhir acara, selain diisi dengan refleksi, juga diisi dengan komitmen para peserta untuk melanjutkan MPI ke tempat pelayanan masing-masing.

“Saya berjanji untuk bersikap inklusif terhadap siapa saja,” ungkap Pdt. Johny Sugianta S.Th yang diungkapkan dalam tulisan komitmennya.

Demikian juga diekspresikan oleh Pdt. Yan Braher Tomasoa “Saya berkomitmen mulai hari ini akan mulai terbuka dan melibatkan banyak pihak dalam pelayanan saya, serta menggunakan analisa sosial untuk melakukannya” katanya.

Penutupan workshop juga diteguhkan oleh Firman Tuhan  yang disampaikan oleh Sekum (Sekretaris Umum) PGLII, Pdt. Tommy Lengkong MTh tentang tema “Hidup yang Berguna Bagi Sesama”.

Makin terasa lengkap dan paripurna, karena peneguhan dan pengutusan melalui Firman Tuhan untuk  Membangun Paradigma Inklusif yang merupakan suatu upaya gereja untuk menghadirkan diri sebagai persekutuan orang percaya yang saling berkolaborasi dan memberikan nilai guna bagi sesama. Selamat ber-MPI dan selamat mempraktekkan hidup yang berguna bagi sesama. (bat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *