Biaya Pemeliharaan Venue PON Diperkirakan Capai Rp 43,6 Miliar Setahun

Plt Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi Papua, Alexander KY Kapisa diwawancarai usai diskusi dan buka bersama media di Hotel Horison Ultima, Entrop, Kota Jayapura, Minggu, 24 April 2022.
banner 120x600
banner 468x60

JAYAPURA, Papuaterkini.com – Dinas Olahraga dan Pemuda (Disorda) Provinsi Papua memperkirakan bahwa biaya perawatan venue Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua bisa mencapai Rp 43,6 miliar per tahunnya.

“Total butuh Rp 43,645 miliar per tahun, yang wajib hukumnya disiapkan. Kita sudah hitung detail sekali dan sudah kita tekan semaksimal mungkin,” ungkap Plt Kepala Disorda Provinsi Papua, Alexander KY Kapisa dalam acara diskusi dan buka bersama media di Hotel Horison Ultima, Entrop, Kota Jayapura, Minggu, 24 April 2022.

Dari perhitungan biaya perawatan dan pemeliharaan venue dan wisma atlit di Kota Jayapura dalam setahun itu, seperti biaya pemeliharaan fisik bangunan venue diperkirakan butuh Rp 1 miliar, pemeliharaan field of play Rp 2 miliar, pemeliharaan peralatan dan perlengkapan venue Rp 1 miliar, listrik Rp 2 miliar, security 10 orang Rp 455 juta, cleaning servis Rp 1,137 miliar sehingga totalnya Rp 8,592 miliar.

Sedangkan, pemeliharaan venue dan wisma atlet Kawasan Doyo Baru diperkirakan membutuhkan anggaran Rp 11,59 miliar dan biaya pemeliharaan pemeliharaan dan perawatan venue dan wisma atlet di Kampung Harapan diperkirakan Rp 23,46 miliar, sehingga totalnya diperkirakan membutuhkan Rp 43,645 miliar per tahun.

“Tahun lalu, kami minta UGM untuk menghitung detail biaya pemeliharaan venue itu. Hasil akhir yang mereka dapatkan, jika semua venue itu menjadi tanggugjawab kita, maka dibutuhkan anggaran Rp 90 miliar setiap tahun, jika tidak dihibahkan. Makanya, kita hibahkan untuk mengurangi beban pemeliharaan venue itu. Dan, hasilnya ya totalnya Rp 43,645 miliar per tahun,” paparnya.

Alex Kapisa mencontohkan bahwa khusus kolam renang saja, membutuhkan biaya perawatan Rp 370 juta per bulan, sangat mahal biayanya.

“Air saja itu butuh Rp 370 juta. Jadi, setahun butuh biaya perawatan hampir Rp 4 miliar, belum gedungnya, belum elektrikalnya dan lainnya,” ujarnya.

Untuk itu, lanjut Alex Kapisa, untuk venue aquatic itu, untuk sementara belum bisa dibuka untuk umum.

Alex Kapisa mengatakan, jika pihaknya sudah mengantisipasi pasca PON. Bahkan, sejak tahun 2021 telah membentuk tim yang melibatkan 100 persen anak – anak asli Papua yang berasal dari sekitar kawasan venue PON.

“Puji Tuhan, saya sudah latih mereka dan sekarang mereka secara teknis memelihara venue – venue ini, mulai operator kolam renang, elektrikal hingga pemotongan rumput, sudah dikelola oleh anak-anak kita. Nah, itu bagian strategi, dimana kita tidak tunggu even PON selesai, baru jalan. Tapi, sebelum jalan, kami sudah siap,” ujarnya.

Bahkan, lanjut Alex Kapisa, sampai saat ini, venue – venue PON yang ada di Doyo terawat baik, khususnya 11 venue yang menjadi asset tetap Pemprov Papua.

“Ada 60 orang yang kita latih. Pada saat pembangunan venue, kami minta vendor memberikan pelatihan kepada mereka. Saat habis kontrak, maka anak-anak ini yang melanjutkan pasca PON,” jelasnya.

Selain itu, ada tim cleaning servis yang bekerja pada venue di Doyo dan Kampung Harapan sebanyak 180 orang yang direkrut dari sekitar venue, yang bekerja siang dan malam.

“Pada saat PON, jika tidak ada mereka, bapak ibu bisa bayangkan kondisinya. Saya harus terbuka, kemarin relawan yang direkrut, tapi ujungnya mereka ini yang bekerja. Setelah PON, selama hampir 2 minggu mereka bersihkan baru benar-benar bersih, padahal banyak relawan,” imbuhnya. (bat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *