Terjadi Pendangkalan Sungai di Mimika Timur Jauh, Diduga Akibat Tailing Freeport

Anggota DPR Papua Jhon NR Gobai dalam suatu kesempatan di Pelabuhan Pomako, Mimika, Papua Tengah.
banner 120x600
banner 468x60

TIMIKA, Papuaterkini.com – Masyarakat mengeluh kesulitan mengantar penumpang dengan menggunakan motor laut atau fiber di daerah Manasari Kampung Fanamo, Distrik Mimika Timur Jauh, Kabupaten Mimika, Papua.

Selain itu, masyarakat yang menggunakan motor laut atau fiber ini, kesulitan untuk akses transportasi melalui sungai ke Distrik Agimuga, lantaran terjadi pendangkalan di Sungai Kamora dan sungai lainnya yang ada di dekat Distrik Mimika Timur Jauh terutama di daerah Manasari sampai ke Muara Agimuga.

“Dalam kunjungan ke daerah Pomako, Sabtu 13 Agustus 2022 dan berdiskusi dengan beberapa pengemudi motor laut atau fiber, mereka menceriterakan kesulitan yang mereka alami ketika  mengantar penumpang ke daerah Manasari Kampung Fanamo, Distrik Mimika Timur Jauh dan akses transportasi melalui sungai ke Distrik Agimuga. Kesulitan ini terjadi menurut mereka karena terjadi pendangkalan sungai di sungai kamora dan sungai lainnya,” kata Anggota DPR Papua, Jhon NR Gobai, Senin, 15 Agustus 2022.

Dikatakan, menurut masyarakat yang biasa mengantar penumpang menggunakan motor laut itu, terdapat perbedaan keadaan dahulu dan sekarang akibat terjadinya pendangkalan.

Lebih lanjut, pendangkalan di sungai – sungai itu, terjadi diduga banyak sedimen yang ada di dalam sungai-sungai tersebut. Pendangkalan ini otomatis menghambat jalan melalui sungai yang selalu digunakan oleh masyarakat di Mimika Timur Jauh dan masyarakat yang menuju ke Distrik Agimuga.

“Menurut informasi warga, diduga sedimen ini berasal dari pembuangan tailing PT Freeport Indonesia,” ungkap Jhon Gobai.

Untuk itu, Jhon Gobai yang juga Ketua Kelompok Khusus DPR Papua ini meminta kepada Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup agar membentuk tim independen untuk melakukan pencarian fakta atau investigasi terhadap persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Mimika Timur Jauh.

Sebab, persoalan ini sangat menentukan jalur transportasi untuk wilayah Indonesia bagian timur dan juga Kabupaten Asmat.

“Ingat bahwa daerah Mimika ini jalur transportasinya lebih banyak digunakan transportasi air atau laut, karena jumlah sungai di Kabupaten Mimika yang sangat banyak dan juga di Kabupaten Asmat hal ini akan sangat mengganggu kehidupan masyarakat. Kami tahu bahwa masyarakat Timika ini tak dapat hidup terlepas dari sungai Sagu dan sampah,” pungkasnya. (bat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *