DPMK dan OAP Latih dan Bantu Mesin Pengolahan Kopi, Sagu, Padi dan Jagung

Kepala DPMK dan OAP Provinsi Papua Yopi Murib bersama I Made Budi memberikan pelatihan pengolahan sagu kepada kelompok usaha yang ada di kampung, Jumat, 14 Oktober 2022.
banner 120x600
banner 468x60

JAYAPURA, Papuaterkini.com – Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung dan Orang Asli Papua (DPMK dan OAP) Provinsi Papua memberikan pelatihan dan bantuan mesin pengolahan kopi, sagu, padi dan jagung kepada sejumlah kelompok usaha di Papua.

Pelatihan dan pemberian bantuan mesin pengolahan kopi, sagu, padi dan jagung ini, dilakukan  oleh DPMK dan OAP Provinsi Papua di kediaman Peneliti I Made Budi, Waena, Heram, Kota Jayapura, 14 – 16 Oktober 2022.

Kepala DPMK dan OAP Provinsi Papua, Yopi Murib mengatakan, pelatihan pengolahan hasil pertanian seperti kopi, sagu, padi dan jagung kepada kelompok usaha yang ada di masyarakat kampung ini, sesuai dengan visi misi Gubernur Papua yakni Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera yang berkeadilan.

Dikatakan, DPMK dan OAP Provinsi Papua fokus turun ke masyarakat terutama kelompok-kelompok usaha yang ada di kampung terutama yang memiliki potensi dan bisa berkembang, namun mereka tidak mampu melakukan pemasaran.

“Nah, dari hasil survey dan identifikasi yang kami lakukan itu, sehingga kami membantu kebutuhan mereka, tidak dengan keuangan tapi dengan pendampingan, yakni bantu mesin pengolahan baik itu sagu, kopi, padi dan jagung, ubi jalar yang ada di lima wilayah adat atau 29 kabupaten/kota di Papua, serta memberikan pelatihan cara pengolahan,” kata Yopi Murib.

Suasana pelatihan penggunaan mesin pengolahan padi yang digelar DPMK dan OAP Provinsi Papua.

Lebih lanjut, bantuan mesin pengolahan sekaligus pelatihan kepada kelompok usaha ini, diberikan kepada 4 kabupaten di Papua yakni untuk Meepago yakni Dogiyai berupa mesin pengolahan kopi dan Puncak Jaya, untuk Manta yakni Kabupaten Keerom dengan bantuan mesin pengolahan padi dan jagung, sedangkan Ha Anim yakni Boven Digoel dengan bantuan mesin pengolah sagu.

Yang jelas, kata Yopi Murib, pihaknya menghadirkan kelompok usaha yang ada di kampung itu, untuk mendapatkan pelatihan pengunaan mesin pengolah hasil pertanian tersebut hingga mereka bisa mengoperasikannya, termasuk mampu mengatasi jika ada permasalahan pada mesin.

Yopi Murib mengungkapkan jika program pelatihan dan bantuan mesin pengolahan sagu, kopi, padi dan jagung itu, bersumber dari dana Otonomi Khusus (Otsus) Provinsi Papua tahun anggaran 2021/2022.

Yopi Murib menegaskan bahwa DPMK dan OAP Provinsi Papua miliki program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu yang membantu masyarakat kelompok-kelompok masyarakat yang ada di kampung-kampung yang memiliki potensi, namun tdiak berkembang, sehingga mereka ini disiapkan dan kirim ke daerah, untuk mengelola potensi yang ada di kampung mereka.

“Nah, kami dari DPMK dan OAP memberikan pendampingan dan memberikan alat atau mesin pengolahan potensi yang ada di kampung itu. Kami melihat belum saatnya menghadirkan mesin-mesin pengolahan hasil pertanian dalam kapasitas yang besar berdasarkan komoditi yang ada, meski kita kirim alat dengan kapasitas besar itu ke Papua, namun pengelolanya pasti bukan OAP,” ujarnya.

“Namun, jika dengan bantuan mesin-mesin pengolahan hasil pertanian seperti ini, tentu masyarakat akan dapat menikmati hasilnya untuk mencukupi kebutuhan masyarakat,” imbuhnya.

Sementara itu, Peneliti I Made Budi mengapresiasi dan menyampaikan terima kasih kepada DPMK dan OAP Provinsi Papua yang memanfaatkan teknologi lokal yang diciptakannya tersebut.

“Saya membuat mesin-mesin pengolah hasil pertanian ini, disesuaikan dengan kearaifan  lokal. Kadang mesin canggih, tapi tidak cocok dengan kearifan lokal, akhirnya jadi besi tua, itu yang saya tidak mau,” kata Made Budi.

Made Budi mengungkapkan jika ia telah melakukan riset mesin sagu selama 6 tahun, namun sekarang lebih efektif dan efisien digunakan oleh masyarakat, bahkan lebih menguntungkan.

“Ya, luar biasa karena dalam 6 jam bisa dapat 30 – 40 karung. Kalau 1 karung harganya Rp 200 ribu, katakan dapat 30 karung saja, sudah dapat Rp 6 juta. Yang kerja, 3 – 4 orang. Kalau manual atau pangkur sagu butuh waktu berhari-hari,” ujarnya.

Pelatihan bagi kelompok usaha yang ada di kampung yang digelar DPMK dan OAP Provinsi Papua.

Yang jelas, lanjut Made Budi, teknologi pengolahan sagu yang ciptakannya berbeda dari yang diciptakan dari Jawa, sebab menyesuaikan dengan jenis sagu di Papua yang berserat. Apalagi, sudah 3 tahun ini, mesin pengolah sagu yang diciptakannya sudah dipakai masyarakat Papua dan selama ini tidak ada yang complain.

“Mata mesin pengolah sagu ini, bukan pakai paku, tapi modifikasi senso, sehingga hanya memegang batang sagu dan tidak mendorong, sehingga ringan sekali. Kalau mau 10 batang, bisa 1 hari bisa dan tangan tidak sakit. Kami memberikan garansi 5 tahun,” jelasnya.

Untuk mesin pemipil jagung, Made Budi mengatakan jika tidak perlu mengupas kulit dulu, tapi langsung dimasukan ke dalam mesin sehingga terpisah antara kulit dan bonggol jagung serta biji jagungnya.

“Dengan mesin ini, 1 jam saja, itu bisa mendekati 1 ton jagung. Jadi, lebih cepat, efisien dan menguntungkan. Apalagi, harga jagung di Keerom 1 kg Rp 5000. Jika pakai bibit yang bagus, maka 1 hektar bisa dapat 10 ton jagung. Jika diolah dan dipupuk baik, maka per hektar bisa dapat Rp 50 juta, maka jika petani punya 10 hektar, maka bisa dapat paling tidak Rp 250 juta dapatnya,” paparnya.

Untuk itu, ujar Made Budi, pihaknya mensupport para petani dengan menciptakan mesin pengolah jagung, apalagi Presiden RI telah menyampaikan akan terjadi krisis pangan global, sehingga ia mengapresiasi Kepala DPMK dan OAP Provinsi Papua yang fokus memperkuat ketahanan pangan di kampung.

“Saya yakin dengan pengolahan sagu, kopi, padi dan jagung, dengan sumber deversifikasi pengolahan karbohidrat ini, saya yakin Papua akan memiliki ketahanan pangan yang kuat. Saya yakin dengan teknologi pengolahan ini, Papua bisa menjadi daerah produsen, bukan konsumen lagi,” imbuhnya.

Sementara itu, salah seorang peserta pelatihan dari Waris, Keerom, Donatus Amo mengaku berterima dengan pelatihan pengunaan mesin pengolahan hasil pertanian ini.

“Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi kami para petani. Jadi, ini sangat penting dan para petani harus tahu cara pengolahan hasil bumi seperti apa? Kami minta DPMK dan OAP harus terus memprogramkan pelatihan dan pemberian bantuan mesin pengolahan ini,” kata Donatus.

Apalagi, kata Donatus Amo, dengan menggunakan mesin pengolahan ini, tentu hasilnya lebih efektif dan efisien dan tentu dapat menambah perekonomian bagi keluarga para petani.

“Dengan bantu, saya akan mempengaruhi para petani di Waris untuk mengajak mereka berkebun dan bertani,” imbuhnya. (bat)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *