Produksi Melimpah, Asosiasi Peternak Ayam Petelur se Tanah Tabi Minta Pengendalian Pasokan dari Luar Papua

Ketua DPR Papua Jhony Banua Rouw, SE rapat bersama Dinas Pertanian dan Pangan serta Disperindagkop UKM dan Naker Provinsi Papua dan Asosiasi Peternak Ayam Petelur se Tanah Tabi terkait pasokan telur ayam, Selasa, 14 Nopember 2023.
banner 120x600
banner 468x60

JAYAPURA, Papuaterkini.com – Asosiasi Peternak Ayam Petelur se Tanah Tabi mengeluhkan dengan banyaknya telur ayam yang dipasok dari luar Papua. Padahal, saat ini produksi telur ayam yang dihasilkan para peternak ayam lokal itu itu melimpah. Akibatnya, kini stok telur ayam yang melimpah itu, kini terkendala dalam penjualan.

Untuk itu, Asosiasi Peternak Ayam Petelur Wilayah Tabi ini, mendesak pemerintah daerah segera melakukan pengendalian terhadap pasokan telur ayam yang didatangkan para distributor dari luar Papua.

Salah seorang peternak ayam petelur, Maria Fransiska mengakui jika baru kali ini ketersediaan telur ayam lokal miliknya tidak bisa terjual.

“Ya, baru kali ini telur kami tidak bisa langsung terjual. Kini masih ada stok telur 120 ikat atau sekitar 21 ribu butir telur ayam, masih tertumpuk dan belum laku. Itu hasil produksi kurang 1 minggu. Per hari ini, Selasa, 14 Nopember 2023, data dari Asosiasi Peternak Ayam Petelur se Tabi terutama dari 12 peternak tercatat masih ada 1.100 lebih ikat telur ayam yang belum laku,” ungkap Maria Fransiska usai pertemuan dengan Ketua DPR Papua, Jhony Banua Rouw, SE di Gedung II DPR Papua, Selasa, 14 Nopember 2023.

Akibat banyaknya telur yang belum bisa terjual itu, kata Maria Fransiska, terpaksa para peternak lokal menurunkan harga jual telur ayam itu dari semula per rak Rp 59 ribu ukuran campur dari sebelumnya Rp 65 ribu.

“Jadi, ini pengaruh dari masih banyaknya telur ayam yang didatangkan ke Papua. Kami terpaksa menurunkan harga telur ayam ini agar stok kami bisa laku,” ujarnya.

Maria mengaku sangat khawatir jika kondisi ini terus berlanjut, maka telur ayam yang dihasilkan dari peternakannya bisa rusak akibat tidak bisa terjual, sehingga para peternak telur ayam lokal ini bisa merugi alias gulung tikar.

“Ini baru kali ini terjadi. Biasanya paling lambat itu, tiga hari sudah habis terjual. Ini sudah hampir 1 minggu belum terjual. Keluarnya sedikit sedikit,” ujarnya.

Maria mengungkapkan saat ini stok telur ayam dari 12 peternak lokal terdapat sekitar 6.720 rak atau sekitar 200 ribu butir telur ayam per 14 Nopember 2023.

Ketua Asosiasi Peternak Ayam Petelur Se Tanah Tabi, Anike Fonataba mengungkapkan saat ini Asosiasi Peternak Ayam Petelur se Tanah Tabi sudah sampai pada pada titik surplus. Artinya, sudah mampu memenuhi permintaan dari masyarakat di Papua dan Pegunungan.

“Untuk itu, kami minta agar pasokan telur dari luar dikendalikan, sehingga bisa memanfaatkan telur dari peternak lokal untuk menuju ke swasembada telur ayam. Artinya, kita batasi telur dari luar, lantaran produksi kita sudah over,” kata Anike Fonataba usai pertemuan dengan Ketua DPR Papua.

Ia berharap para distributor atau pemasok telur ayam yang selama ini mengambil telur dari luar Papua, bisa menjadi mitra bagi para peternak lokal untuk mengambil dan menjual telur ayam tersebut.

“Ya harapan kita mereka bisa mengambil telur ayam dari kami peternak lokal. Jadi, kami tidak mematikan usaha mereka, tapi mereka bermitra dengan kami. Kita berproduksi, mereka yang menjual,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi Papua, Ir Semuel Siriwa mengakui jika produksi telur ayam dari peternak lokal di wilayah Tabi, sudah cukup melimpah.

Menurutnya, dari data Asosiasi Peternak Ayam Petelur se Tanah Tabi diketahui populasi ayam petelur sekitar 522 ribu ekor, yang diasumsikan mampu produksi telur mencapai 440 ribu butir telur ayam per hari.

“Kalau kita melihat jumlah penduduk di Tanah Tabi, Kota dan Kabupaten Jayapura, Sarmi dan Keerom, sekitar 737 ribu jiwa. Nah, kalau kita perhatikan kebutuhan konsumsi telur ayam ini perkapita untuk masyarakat itu didapatkan data dibutuhkan 184 ribu butir per hari. Dengan asumsi itu, maka sebenarnya maka produksi telur ayam dari peternak lokal itu ya masih lebih atau surplus dengan kebutuhan,” paparnya.

Bahkan, produksi telur ayam dari peternak lokal di wilayah Tabi ini, mampu mensuplay untuk kebutuhan masyarakat di Papua Pegunungan seperti Pegunungan Bintang, Yahukimo, Tolikara, Wamena, Puncak Jaya dan lainnya, yang diperkirakan jumlah penduduknya 1,2 juta jiwa, ditambah dengan penduduk wilayah Tabi sehingga totalnya 1,8 juta jiwa.

“Jika dihitung seperti itu, maka kebutuhan telur ayam di Tanah Tabi sangat mencukupi. Bahkan, kalau kita hitung hitungan total kebutuhan per hari tanah Tabi dan sekitarnya termasuk daerah pegunungan itu membutuhkan rata rata 335 ribu butir telur ayam per hari. Sedangkan, produksi telur kita sudah mencapai 440 ribu butir perhari. Jadi, masih ada surplus sekitar 100 ribu butir telur ayam,” ujarnya.

“Pertanyaan saya untuk kebutuhan telur ayam menghadapi hari hari besar keagamaan termasuk untuk kebutuhan industri pembuatan kue atau acara besar, nah itulah kurangnya sebenarnya dari produksi lokal ini, sehingga tadi kita coba sepakati agar kita kendalikan pasokan telur dari luar, sehingga kebutuhan tadi, produksi lokal bisa terserap, dari luar juga sesuai kebutuhan bisa masuk. Nah, itu dari teman teman Perindag yang sikapi seperti apa? Tadi disepakati akan ada rapat lagi dan mudah mudahan secepatnya dapat solusi sehingga seluruh produksi telur lokal itu bisa terserap oleh pasar,” sambungnya.

Diakui, pihaknya diundang Ketua DPR Papua untuk melakukan rapat bersama dengan Disperindagkop UKM dan Naker Provinsi Papua untuk membahas terkait adanya keluhan dari Asosiasi Peternak Ayam Petelur se Tanah Tabi lantaran produksi telur ayam lokal sudah melimpah, namun terkendala penjualan lantaran masih ada pasokan dari luar.

Ketua DPR Papua Jhony Banua Rouw, SE foto bersama Kadis Pertanian dan Pangan Papua, Semuel Siriwa dan Disperindagkop UKM dan Naker serta Asosiasi Peternak Ayam Petelur se Tanah Tabi usai rapat, Selasa, 14 Nopember 2023.

Terkait dengan aspirasi dari Asosiasi Peternak Ayam Petelur se Tanah Tabi itu, Ketua DPR Papua, Jhony Banua Rouw, SE mengakui jika pihaknya mengundang Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi Papua bersama Disperindagkop UKM dan Naker Provinsi Papua seusai permintaan dari Asosiasi Peternak Telur Ayam se Tanah Tabi untuk membahas keluhan mereka terkait kendala penjualan telur ayam lokal ini.

“Mereka mengeluh terkait dengan produksi telur ayam yang melimpah, bahkan menurut mereka sudah swasembada telur dan mereka mampu untuk memenuhi kebutuhan harian di Papua terutama di Tabi, namun mereka terkendala karena masih banyak telur ayam yang dipasok dari luar Papua yang mempengaruhi penjualan mereka,” kata Jhony Banua Rouw.

Selain itu, kata Jhony, jika pemerintah daerah tidak mengambil langkah langkah terkait kendala itu, maka para peternak ayam petelur lokal ini termasuk peternak asli Papua yang ada ini akan tutup alias gulung tikar, lantaran produksi telur ayam mereka tidak terserap oleh pasar.

“Bayangkan harga yang sebelumnya Rp 65 ribu per rak, terpaksa diturunkan menjadi Rp 59 ribu per rak. Jika tidak laku lagi, bisa saja telur rusak alias membusuk dan ini bisa merugikan peternak, lantaran tidak bisa membeli pakan dan itu akan mengganggu produksi telur ayam. Jika peternak atau pengusaha kolaps alias tutup, maka lapangan kerja di sektor peternakan ini juga akan tutup dan semakin banyak pengangguran, sehingga semua mata rantai ini harus kita perhatikan,” jelas Politisi NasDem ini.

Untuk menyikapi masalah itu, pihaknya mengundang Disperindagkop UKM dan Naker bersama Dinas Pertanian dan Pangan Provinsi Papua untuk mendiskusikan dan mencari solusi agar peternak ayam petelur lokal ini bisa terus eksis.

“Puji Tuhan, kita bersyukur bahwa tadi kita sudah sepakat, kita melakukan pengendalian telur yang masuk dari luar Papua, supaya peternak lokal bisa terus berjalan dan ada lagi lapangan kerja bagi masyarakat Papua. Apalagi, tadi kita lihat sendiri ternyata banyak peternak ayam petelur asli Papua dan juga yang paling penting adalah masyarakat Papua akan makan telur yang berkualitas atau fresh lantaran diproduksi disini,” ujarnya.

“Solusinya, yang pertama harus ada pengendalian pasokan telur dari luar Papua harus dilakukan dalam waktu singkat ini dan kita harap minggu depan pengendalian harus sudah dilakukan. Kedua, kita temukan masih banyak pengusaha di luar asosiasi yang melakukan pengiriman DOC atau bibit ayam petelur yang masuk tanpa terkontrol bahkan tanpa sepengetahuan dinas, padahal itu sangat berisiko terhadap virus atau penyakit. Nah tadi disepakati semua yang masuk harus ada rekomendasi dari asosiasi agar bisa dikontrol dan dinas akan memberikan ijin masuk jika dapat DOC dari farm yang betul betul terjamin,” imbuhnya. (bat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *