Memperkokoh Silaturrahmi, DPD Bamusi Papua Gelar Is’ro Mi’raj Nabi Muhammad SAW

banner 120x600

Foto bersama pengurus DPD Bamusi Papua usai perayaan Is’ro Mi’raj di sekretariat PDIP di Kotaraja (foto: Ahmad Muhazir)

 

JAYAPURA,papuaterkini.com– Dalam rangka memperingati Isro Mi’raj Nabi Muhamad SAW, Dewan Pengurus Daerah Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) anak sayap dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Papua, berlangsung di sekretariat PDIP Kotaraja, pada Senin (28/2).

Dalam sambutannya DPD PDIP Provinsi Papua Surya Ibrahim mengatakan, kegiatan Dalam rangka memperingati Isro Mi’raj yang merupakan wujud nyata dalam melaksanakan program.

“Saya sangat mengatensi karena Bamusi ini terbentuk terdiri komposisi pengurus para aktifis muda yang syarat pengalaman berorganisasi. Sehingga dapat mampu memperkokoh konsolidasi partai PDIP, selain menjadi peran politik dan media da’wah Rahmatan Lil Alamin. Bamusi menjadi organ dakwah serta mercusuar perubahan kearah lebih baik dimasa yang akan datang” kata Surya Ibrahim.

Sementara itu,  Ketua Bamusi Provinsi Papua Drs.Wahfir Kosasih, SH, M.Si mengatakan Indonesia khusus Papua merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keragaman etnis, budaya, dan agama. Kemajemukan ini dapat menjadi kekuatan yang besar dan nyata untuk membangun bangsa apabila dirawat bersama dalam bingkai kerukunan dan persaudaraan. Namun, sebaliknya apabila tidak dijaga dengan baik maka dapat berpotensi juga menjadi benih perpecahan. Oleh karena itu, sangat diperlukan moderasi beragama dalam kehidupan sosial masyarakat agar keutuhan bangsa dapat terjaga.

Lebih lanjut Ketua Bamusi menyampaikan, keberagaman yang ada di Indonesia telah diakomodasi sejak lama oleh para pendiri bangsa melalui kesepakatan nasional yang disusun. Untuk itu, seluruh masyarakat wajib menjaga dan merawat kesepakatan tersebut salah satunya dengan mengimplementasikan Empat Bingkai Kerukunan.

“Pertama, bingkai teologis, selalu mengedepankan dan mengembangkan sikap moderasi dalam beragama, menumbuhkan pemahaman teologi kerukunan, bukan teologi konflik,” kata Wahgfir yang juga Wakil Bupati Keerom.

Kedua, bingkai politik, yaitu dengan selalu mengedepankan empat konsensus nasional diantaranya Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Ketiga, bingkai sosiologis. “Yaitu dengan mengedepankan pendekatan kultural dan kearifan lokal, serta bijak dalam berinteraksi sosial,” tambah Wahfir Kosasih yang merupakan Wakil Bupati Keerom.

Keempat, bingkai yuridis, yaitu dengan senantiasa patuh dan taat terhadap seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

“Saya meminta agar momentum perayaan Isro Mi’roj Nabi Muhamad SAW dapat mempererat kerukunan antar umat beragama” ujar Waghfir.

Penceramah menampilkan dai muda Kota Jayapura,  Dr. H. Muh. Junaidin, MA dalam tausiah hikmah Peristiwa isro mi’raj diawali dengan maha suci Allah, Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad saw adalah peristiwa yang sangat agung, dari peristiwa tersebut Nabi memperoleh berbagai macam pengalaman dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi kelengkapan dirinya, untuk mengemban tugas yang berat sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.

Pengetahuan dan pengalaman yang paling berharga dalam peristiwa tersebut adalah berkaitan dengan memahami tanda-tanda kebesaran Allah swt. Baik kebesaran yang ada di alam raya ini yang dapat ditangkap oleh panca indra, maupun dalam alam ghaib yang tidak dapat dijangkau oleh indera manusia.

“Isra’, pengertiannya menurut bahasa adalah perjalanan di malam hari,sedangkan mi’raj adalah tangga untuk naik ke atas Karena itu pengertian Isra yang dimaksudkan adalah perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa, sedangkan Mi’raj adalah perjalanan beliau dari Masjid al-Aqsa ke Sidrah al-Muntaha. Sidrah al-Muntaha adalah tempat di langit yang bersifat ghaib, tidak mungkin dijangkau oleh panca indera manusia” katanya.

Diantara tujuan diisarakannya Nabi Muhammad saw, adalah agar beliau mengetahui secara mendalam tanda-tanda keagungan Tuhan, peristiwa ini disebutkan dalam Al-Qur’an:

سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami memperlihatkan kepadanya dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sungguh Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Al-Isra [17]

Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, kata kyai muda papua ini, umatnya diperintahkan untuk melaksanakan shalat lima waktu sehari-semalam. (Nur al-Yakin, hal. 67 dan Nabi al-Rahmah, 54). Peristiwa Isra’ Mi’raj menurut para ahli sejarah, selain disebutkan dalam kitab al-Hadits juga diisyaratkan Al-Qur’an pada awal surat al-Najm:

وَٱلنَّجۡمِ إِذَا هَوَىٰ مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوَىٰ وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ عَلَّمَهُۥ شَدِيدُ ٱلۡقُوَىٰ ذُو مِرَّةٖ فَٱسۡتَوَىٰ وَهُوَ بِٱلۡأُفُقِ ٱلۡأَعۡلَىٰ ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّىٰ فَكَانَ قَابَ قَوۡسَيۡنِ أَوۡ أَدۡنَىٰ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَىٰ عَبۡدِهِۦ مَآ أَوۡحَىٰ

“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauannya sendiri melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya. Yang diwahyukan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang cedas dan Jibril itu menampakkan diri dalam bentuk yang asli, sedang ia berada di ufuk yang tinggi.

Dengan diperintahkannya shalat lima waktu bagi Nabi Muhammad saw dan umatnya pada malam Isra’ Mi’raj tersebut, dirasakan betapa pentingnya ibadah shalat harus ditegakkan oleh setiap pribadi Muslim.

Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang lima dan sangat menentukan kualitas keimanan seorang muslim, apakah kuat atau lemah.

“Selain sholat yang merupakan hubungan Manusia dengan Tuhan, maka hubungan manusia dengan manusia senantiasa harus terjaga sebagai bentuk toleransi saling hormat mengormat”,tutur Junaidi.

Dalam kegiatan yang dilaksanakan Bamusi ini, dihadiri banyak pihak bahkan bukan hanya umat islam sj, akan tetapi keluarga non muslim juga hadir. (Hazir)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *