JAYAPURA, papuaterkini.com- Kerukunan Keluarga Maros (KKM) Kota Jayapura menggelar acara halal bihalal yang berlangsung di pantai Hamadi, Kamis lalu.
Dengan tema memperkokoh persatuan dan persaudaraan sesama anak bangsa, KKM menghadirkan tokoh-tokoh dari Maros, Papua dan secara umum dari Sulawesi Selatan, hal tersebut nampak hadir bersama tamu undangan lainnya.
Salah satu tradisi yang selalu hadir saat usai hari raya Idulfitri yakni Halalbihalal. Biasanya Halalbihalal dilakukan dengan bersilaturahmi ke rumah tetangga, saudara, dan kerabat. Berikutnya halal bihalal dapat dilaksanakan di suatu tempat yang luas untuk semua orang berkumpul dan akan saling memaafkan serta bersalam-salaman.
H. Kumar SH, MH, Ketua Kerukunan Keluarga Maros (KKM) Kota Jayapura, menyampaikan dengan halal bihalal kita saling bermaaf-maafan atas kesalahan atau kekhilafan di masa lalu. Dengan menjaga silaturahmi ini, dapat mengubah hubungan sesama manusia dari benci menjadi senang, sombong menjadi rendah hati.
“Makna halalbihalal adalah jika sebelumnya kita mengalami kekusutan, kekeruhan atau kesalahan yang selama ini dilakukan satu sama lain dapat dihalalkan kembali. Artinya, semua kesalahan melebur, hilang, dan kembali baik seperti sedia kala” ujar Kumar.
Kumar berpesan melalui halal bi halal bukan sekadar saling memaafkan, tetapi mampu menciptakan persatuan di antara anak bangsa terutama yang bermukim di Kota Jayapura sehingga tercipta peneguhan persatuan dan kesatuan bernegara. Karena itu, halal bihalal bukan sekadar tradisi keagamaan, tetapi juga kemanusiaan, kebangsaan, dan kemaslahatan bersama.
Sebagai generasi muda NU, Kumar menyebutkan bahwa halal bihalal diperkenalkan oleh KH Abdul Wahab Hasbullah pada tahun 1948. Ia adalah seorang ulama pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
KH Wahab memperkenalkan istilah halal bihalal kepada Bung Karno sebagai bentuk silaturahmi antar-pemimpin politik. Hal ini karena pada masa itu kondisi nasional masih dalam konflik dengan Belanda.
Atas saran KH Wahab, Presiden Soekarno kemudian mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara pada hari raya Idul Fitri tahun 1948. Pertemuan itu pun diberi judul “Halal Bihalal”(ab)