Ekbis  

Jelang Idul Fitri, Konsumen Kesulitan Mendapatkan Elpiji di Jayapura

Konsumen kesulitan mendapatkan gas elpiji di Kota dan Kabupaten Jayapura dalam beberapa hari ini.
banner 120x600
banner 468x60

JAYAPURA, Papuaterkini.com – Dalam satu pekan terakhir, konsumen elpiji di Kota dan Kabupaten Jayapura, Papua, kesulitan mendapat pasokan gas karena di banyak pangkalan stoknya sempat kosong.

Kalaupun konsumen dapat elpiji, harganya sudah mulai mengalami kenaikan dibandingkan sebelumnya. Padahal, sepekan lebih ke depan, sudah memasuki Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 1443 Hijriyah.

Sejak Sabtu, 16 April 2022, pasokan elpiji di beberapa pangkalan sudah mulai tersedia, namun harganya mengalami kenaikan. Seperti yang dialami oleh Nut Lilis, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kelurahan Vim, Distrik Abepura. Ia mengaku sempat tidak bisa mendapat elpiji, namun sehari setelahnya pasokan gas sudah mulai tersedia.

“Jumat, 15 April 2022, gas di rumah saya habis, sudah cari ke dua SPBU dan beberapa toko yang biasa jual di wilayah Kotaraja – Abepura, stoknya kosong. Sabtu, 16 April 2022 pagi, pas pasokan mulai masuk, tapi harganya naik lagi, dari Rp 170.000 jadi Rp 185.000 untuk yang tabung 5 KG,” ungkapnya, Selasa, 19 April 2022.

Senada dikatakan Yanto, warga Distrik Heram, Kota Jayapura yang juga sempat kesulitan mendapat elpiji. Ia pun akhirnya bisa dapat elpiji tabung 12 kg dengan harga Rp 345.000. “Saya dapat di toko depan Universitas Terbuka, harganya sudah naik. Tidak apa-apa harga naik, yang penting stoknya ada,” kata Yanto.

Sedangkan Riri, warga Pasar Lama Sentani, Kabupaten Jayapura, mengaku beberapa kali sulit mendapat elpiji. Hal itu, tentu ia sayangkan, karena harga jual elpiji di wilayahnya tergolong mahal bila dibandingkan dengan yang ada di Kota Jayapura.

“Saya biasa beli di Toko Sinar Aneka, tabung 5 kg harganya Rp 200.000,” katanya.

Reski, warga Jayapura Utara justru mengaku sempat tidak bisa mendapatkan elpiji hampir selama satu minggu. Hal ini ia sangat sayangkan karena PT. Pertamina sempat mengeluarkan pernyataan di media bahwa stok elpiji di Jayapura aman, namun yang ia alami justru kebalikannya.

“Saya satu minggu tidak dapat gas, baru dapat di Kotaraja Rp 325.000 (tabung 12 kg), itu saja waktu saya beli stoknya tinggal beberapa tabung saja. Harapan saya, Pertamina kalau bilang stok aman harus sinkron dengan di lapangan, kita mengerti kalau harga naik tapi stoknya harus dijaga,” kata Reski.

Merespon hal tersebut, PT. Pertamina MOR VIII Maluku-Papua menjelaskan bahwa dalam data mereka tidak pernah ada kekosongan stok elpiji sehingga informasi mengenai kelangkaan gas di tengah masyarakat cukup membuat mereka kaget.

“Seharusnya tidak ada kekosongan pada minggu-minggu sebelumnya, makanya aneh kawan-kawan menginfokan sulit mendapat elpiji,” ujar Unit Manager Communication, Relations and CSR MOR VIII PT Pertamina (Persero), Edi Mangun dikonfirmasi wartawan.

Diakui, penjual elpiji, khususnya pangkalan dan SPBU, sempat terjadi kekosongan stok namun tidak berlangsung lama. “Kosong itu paling satu-dua, hari habis itu saya minta diisi stoknya,” katanya.

Mengenai kenaikan harga, Edi meyakini hal tersebut bukan secara sengaja dilakukan oleh penyalur resmi Pertamina.

Apalagi, dengan pembangunan Stasiun Pengisian Baban Bakar Elpiji (SPBE) di Kabupaten Jayapura yang sudah masuk tahap akhir, maka seharusnya kenaikan harga justru bisa ditekan.

“Seharusnya ketika SPBE akan beroperasi karena sekarang sudah conditioning, artinya harga akan turun, artinya indikasi (penimbunan untuk menaikan harga) tersebut tidak akan ada karena setiap agen. dan pangkalan akan berusaha menghabiskan stok,” ujarnya.

Edi Mangun merasa masalah kekosongan stok elpiji di beberapa lokasi di Jayapura, bukan hal yang rutin dan disengaja.

Edi menganggap hal tersebut sama dengan apa yang sempat terjadi pada stok solar.
“Saya yakinnya ke arah anomali seperti yang sekpat terjadi pada solar, sekarang sudah tidak ada lagi antrian di SPBU,” tandasnya.

Edi mengimbau agar masyarakat tidak perlu panik ketika tidak dapat menemukan stok elpiji di lapangan dan melaporkannya ke Pertamina agar segera dapat ditindaklanjutinya. (bat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *