Pokos : Menebar Khasiat Madu Yanggandur Ke Seluruh Nusantara

Teresia Agnesia saat menjelaskan produk madu Pokos kepada pengunjung yang mendatangi stand UMKM miliknya.
banner 120x600
banner 468x60

Madu dikenal memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Selain itu, komoditas yang dihasilkan lebah ini juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi yang dapat mengangkat perekonomian bila dikelola secara baik. Hal inilah yang sedang diupayakan oleh seorang guru Bahasa Inggris di Kampung Yanggandur Teresia Agnesia Maturbongs.

Catatan : Arie Bagus Poernomo

JARUM jam ditangan saya menunjukan pukul 15.55 WIT, ditengah keriuhan suasana pembukaan pameran dan pasar malam dalam rangka perayaan HUT Kota Merauke ke 121, di salah satu stand UMKM seorang wanita tengah sibuk menjelaskan produk yang dihasilkan oleh UMKM miliknya.

Tak ada habisnya orang berkunjung ke stand UMKM itu, sehingga saya harus bersabar untuk dapat menemui pemilik UMKM tersebut. 

Pokos, itulah nama UMKM yang Teresia Agnesia Maturbongs dirikan bersama masyarakat di Kampung Yanggandur, Distrik Sota, Kabupaten Merauke.

Sebelum mendirikan UMKM tersebut Teresia hanyalah seorang guru Bahasa Inggris di SMP Negeri Yanggandur.

Kala itu, kesehariannya sebagai seorang guru telah terjadwal, pagi hingga siang hari dia berada di sekolah untuk mengajar anak didiknya sementara siang hingga malam hari dirinya beristirahat dan terkadang juga membuat soal ujian ataupun mengoreksi dan memberi nilai pada tugas yang dikumpulkan oleh muridnya.

Keseharian itu berubah saat wanita yang akrab disapa Hesty ini melihat seorang pemuda Yanggandur membawa pulang madu hasil buruan dari hutan yang tak jauh dari kampung tersebut.

Setelah menggali informasi dari masyarakat kampung setempat soal lebah penghasil madu itu, dari situ Ia berpikir ,potensi Madu Hutan  dari Yanggandur jika dikemas dengan baik pasti bisa mendapatkan pasar yang baik ,karena Hesty sudah sangat familiar dengan Madu Hutan tersebut karena sedari kecil Ia menghabiskan masa liburan pasti di  kampung setempat karena Alm Kakeknya adalah pioneer yang membuka pendidikan di Kampung Yanggandur ,sehingga  sedikit banyak sudah mengetahui  soal lebah penghasil madu itu, riset kecil-kecilan mengenai manfaat dari madu yang dihasilkan oleh lebah itu ia lakukan.

riset kecil-kecilan mengenai manfaat dari madu yang dihasilkan oleh lebah itu ia lakukan.”Ada dua jenis lebah, yang pertama adalah Lebah Madu Bress dan Lebah Mentya” kata Hesty.

Kedua jenis lebah ini termasuk dalam spesies Austroplebeia Cincta dan Tetragonula Cf Mellipes. Kedua jenis lebah ini merupakan lebah endemik Papua dan hanya berada di wilayah Selatan Papua dan Papua Nugini serta bagian Utara dari Benua Australia. 

Untuk diketahui, kedua spesies lebah ini kerap bersarang di batang pohon yang tidak produktif. 

Setelah merasa cukup dengan hasil riset yang ia lakukan. Akhirnya Hesty memutuskan untuk mencoba mengelola, memproduksi dan memasarkan madu tersebut.

Kata Hesty, pada awalnya dia mengaku sangat kesulitan untuk mendapatkan madu. Karena saat itu ia mendapatkan madu dari hasil buruan masyarakat kampung setempat.

Hal ini dikarenakan, kedua jenis lebah ini baru dapat menghasilkan madu setelah 2 hingga 8 bulan proses ekstraksi nektar yang dibawa oleh setiap lebah ke sarangnya.

Karena kesulitan untuk mendapatkan bahan baku, akhirnya Hesty berpikir untuk membudidayakan ke dua jenis lebah tersebut di Kampung Yanggandur.

Ide untuk membudidayakan kedua jenis lebah itu bukan tidak memiliki hambatan. Hambatan paling utama ketika ingin membudidayakannya adalah soal permodalan.

Modal untuk membuat penangkaran dan lain sebagainya yang terkait dengan rencana pembudidayaan tersebut.

Sedikit, demi sedikit Hesty menyisihkan gaji yang ia hasilkan dari mengajar untuk memulai pembudidayaan itu.

“Waktu itu, saya dibantu oleh mama sekretaris kampung dan salah satu kerabatnya mencoba untuk membudidayakan kedua jenis lebah ini. Sebenarnya tujuan kami untuk membudidayakan lebah ini bukan hanya untuk ketersedian bahan baku saja tetapi agar keberlangsungan dari lebah ini tetap ada. Karena kedua lebah ini adalah lebah endemik Papua Selatan” ucapnya.

Usaha tidak pernah mengkhianati hasil peribahasa ini patut dialamatkan kepada Hesty, meski pada awalnya ia harus terseok-seok untuk membangun usaha ini tapi kini produk yang dihasilkan oleh UMKM Madu Pokos ini cukup diincar oleh semua kalangan.

Bukan hanya di Merauke dan Papua saja, produk Madu Pokos sudah sangat terkenal di seantero Negeri ini dari Papua hingga Sumatera.

Dijelaskannya ada dua jenis produk yang dihasilkan oleh UMKM Madu Pokos ini produk yang pertama adalah Varian Bress dan Mentya.

Untik varian Bress yang dihasilkan dari lebah spesies Tetragonula Cf Mellipes memiliki cita rasa manis yang legit serta madunya cukup kental.

Sementara untuk varian Mentya memiliki resana manis kecut dan sangat baik untuk mengobati penyakit asam lambung.

“Kalau untuk Varian Bress itu lebih kepada pasien diabetes, bisa menambah sistem imun tubuh dan bisa juga digunakan bagi siapa saja yang ingin menjalankan program diet” tuturnya.

Satu lagi keunggulan dari produk madu Pokos adalah, semua yang dipasarkan adalah madu murni.

“Tidak seperti madu lainnya yang dicampur produk kami adalah madu murni dan tidak melalui proses kimia” ucapnya.

Dia menambahkan, untuk pemasarannya sendiri produk ini baru akan di kemas ketika ada orderan.

“Jadi baru akan kita kemas ketika ada orderan ini bertujuan untuk menjaga kemurnian madu pokos milik kami” tambahnya.

Selain itu pihaknya juga memberikan garansi uang kembali jika madu yang dikirim bukanlah madu asli.

Selain madu, UMKM yang didirikan sejak tahun 2019 ini juga memiliki produk-produk lain. Diantaranya ada Abon Gastor, Minyak Kemiri Bakar, Minyak Kemiri Asli dan Minyak Buah Merah.

“Untuk inovasi lain selain madu, produk-produk itu juga kami buat dan bahan bakunya berasal dari sekitaran Kampung Yanggandur” ungkapnya.

Saat ini UMKM Madu Pokos yang beralamat di Kampung Yanggandur, Distrik Sota Kabupaten Merauke itu telah mempekerjakan puluhan orang.

Kata Hesty ini adalah usahanya bersama masyarakat kampung, setempat sehingga sudah seharusnya hasil yang didapatkan dari UMKM ini kembali kepada masyarakat.

Dia juga berpesan di kepada seluruh Masyarakat Papua khususnya yang ada di Kabupaten Merauke untuk tidak boleh ragu jika ingin memulai sesuatu.

“Intinya harus punya tekad dan niat yang kuat untuk memulai sesuatu. Untuk itu, Pace, Mace, Namek dan Namuk semua yang penting kalau kita ada niat pasti jalan akan terbuka” pungkasnya.

Menparekraf Republik Indonesia saat mengunjungi stand milik UMKM Pokos di pameran Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Indonesia di Kota Ambon pada bulan September 2022 lalu.

Berkat usaha yang dilakukannya UMKM Madu Pokos dari Kampung Yanggandur ini sudah sangat terkenal di Indonesia, dilansir dari berbagai sumber, UMKM Madu Pokos ini pernah mengikuti pameran Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Indonesia di Kota Ambon pada bulan September 2022 lalu.

Saat itu stand UMKM Madu Pokos dikunjungi langsung oleh Menparekraf, Sandiaga Uno. (****)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *